"Kendalanya belum terpusatnya pembentukan fisik maupun teknik atlet yang kami miliki. Tingkat beregu ini selain kekuatan fisik, teknik mendayung, berhadapan dengan alam sebenarnya. Kekompakan tim itu diperlukan," katanya.
"Selain itu juga peralatan pembentukan jasmani mungkin fitnes centre, selama ini kami berlatih di tepian sungai. Buat barbelnya masih dari kayu, batu," tambahnya.
Begitu juga dengan peralatan untuk arung jeram. Salah satu yang dibutuhkan adalah dayung sebagai senjata untuk mengayuh.
"Perahu masih bisa kita pakai, tapi kita butuh dayung yang super ringan yang bisa menjadi letupan bagi atlet agar kita tidak tertinggal. Sejauh ini dayung yang ada untuk guide, beratnya bisa capai 1,5 kilogram," ucapnya.
Menurutnya beberapa daerah yang selama ini diwaspadai antara lain Jawa Barat, dan Sulawesi Tengah, terutama untuk kategori open. Namun hal itu tak membuat Sumut gentar. Apalagi Sumut tak pernah kekurangan atlet dan potensi untuk berprestasi.
"Kita punya 14 pengcab, 60 klub, belum lagi siaga bencana. Sungai Sumut berlimpah. Tentunya peluang kita besar dan kita optimistis. Tinggal bagaimana membentuk atlet jadi percaya diri," tambahnya.