Medan (ANTARA) - Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin menyebut bahwa bantuan sosial (bansos) dari pemerintah mampu menjaga daya beli masyarakat Sumut selama masa Ramadhan-Lebaran 2023.
"Upaya pemerintah dalam memberikan bantuan sosial baik dalam bentuk tunai dan bantuan pangan ternyata mampu menjadi bumper untuk menjaga daya beli masyarakat," ujar Gunawan, dalam pesan yang diterima di Medan, Rabu.
Berdasarkan pengamatannya, ternyata omzet pedagang pakaian dan alas kaki mampu terkatrol hingga 50 persen ketika masyarakat sudah mendapatkan bansos berupa uang tunai.
Peningkatan omzet itu terutama terasa pada pedagang pakaian yang berjualan di sekitar tempat tinggal warga penerima bansos.
"Bansos tersebut mampu menaikkan omset penjualan dalam kurun waktu satu atau dua hari sejak bansos tunai diterima," kata Gunawan.
Sementara terkait pelemahan daya beli masyarakat di Sumut, Gunawan menyebut ada setidak-tidaknya empat penyebab.Pertama, menurunnya harga minyak mentah kelapa sawit (CPO) menjadi 3.356-4.400 ringgit per ton pada tahun ini dari kisaran 7.100 ringgit per ton pada 2022. Kondisi itu membuat harga tandan buah segar (TBS) terpotong 30 persen dari nilai maksimalnya.
Lalu, kedua, adanya kenaikan laju tekanan inflasi tahun 2022 yang berlanjut pada tahun 2023. Itu memicu kenaikan biaya "input" produksi pertanian dan menguras kemampuan belanja masyarakat.
Ketiga, terjadi pengurangan tenaga kerja dan penurunan pendapatan pekerja informal seperti tukang bangunan, tukang becak, penjaga toko, pedagang kaki lima, asongan dan lain-lain.
"Terakhir, saya menyimpulkan bahwa penurunan daya beli masyarakat juga tidak bisa dilepaskan dari gangguan ekonomi eksternal (resesi global) yang menghantui perekonomian Sumut," tutur Gunawan.