Pertama, menurunnya harga minyak mentah kelapa sawit (CPO) menjadi 3.356-4.400 ringgit per ton pada tahun ini dari kisaran 7.100 ringgit per ton pada 2022. Kondisi itu membuat harga tandan buah segar (TBS) terpotong 30 persen dari nilai maksimalnya.
Lalu, kedua, adanya kenaikan laju tekanan inflasi tahun 2022 yang berlanjut pada tahun 2023. Itu memicu kenaikan biaya "input" produksi pertanian dan menguras kemampuan belanja masyarakat.
Ketiga, terjadi pengurangan tenaga kerja dan penurunan pendapatan pekerja informal seperti tukang bangunan, tukang becak, penjaga toko, pedagang kaki lima, asongan dan lain-lain.
"Terakhir, saya menyimpulkan bahwa penurunan daya beli masyarakat juga tidak bisa dilepaskan dari gangguan ekonomi eksternal (resesi global) yang menghantui perekonomian Sumut," tutur Gunawan.