Medan (ANTARA) - Pengamat ekonomi Gunawan Benjamin mengatakan, sepinya pembeli pakaian baru di daerah Sumatera Utara pada pekan pertama Ramadhan bisa menjadi gejala penurunan daya beli masyarakat.
"Penjualan pakaian ini, yang merupakan kebutuhan sandang, adalah indikator paling kuat untuk mengukur daya beli," ujar Gunawan kepada ANTARA di Medan, Jumat.
Jika penjualan pakaian sepi, dia melanjutkan, itu berarti masyarakat tidak memiliki dana lebih untuk membeli barang-barang sekunder.
Menurut Gunawan, kondisi tersebut dapat menggambarkan bahwa masyarakat bekerja keras memenuhi kebutuhan pokok mereka.
"Ketika berkutat pada konsumsi pangan sehari-hari dan mengurangi belanja pakaian, jelas ada tanda-tanda penurunan daya beli," kata Gunawan.
Dia pun meminta pemerintah daerah untuk mewaspadai situasi itu. Gunawan lalu mengingatkan potensi terjadinya deflasi di Sumut pada Maret 2023.
Dirinya memprediksi deflasi di Sumut, yang berpotensi hadir karena rendahnya permintaan dan penurunan harga barang, lebih dari 0,2 persen pada Maret 2023.
Itu menjadi peringatan lantaran Sumatera Utara sudah mengalami deflasi pada Februari 2023 yakni 0,31 persen.
Pantauan ANTARA di Pasar Petisah Medan, Rabu (29/3), pedagang pakaian mengeluhkan jarangnya pelanggan yang membeli dagangan mereka pada pekan awal Ramadhan.
Omzet mereka pun menurun sampai 25 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2022.
Beberapa pedagang menyebut bahwa pada minggu pertama Ramadhan 2022, mereka bisa meraup omzet Rp8 juta per hari. Sekarang, mereka harus bekerja keras demi mendapatkan omzet Rp2-3 juta setiap harinya.
Pengamat: Sepinya pembeli pakaian di Sumut gejala penurunan daya beli
Jumat, 31 Maret 2023 19:54 WIB 1534