Jakarta (ANTARA) - Mantan Direktur Action on Smoking and Health (ASH) Inggris, Clive Bates, mengungkap dugaan manipulasi kata dan pengabaian fakta terhadap produk tembakau alternatif dalam penyampaian informasi oleh sejumlah lembaga kesehatan nirlaba di Amerika Serikat.
Ia menjelaskan, manipulasi komunikasi tersebut memicu kesalahan persepsi terkait manfaat dan risiko yang dimiliki oleh produk alternatif. Mispersepsi tersebut membuat perokok dewasa enggan beralih ke produk alternatif, padahal produk-produk tersebut memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok konvensional.
Bates dalam laman pribadinya dikutip Kamis, memberi contoh hasil riset yang diunggah di situs American Heart Association yang membahas tentang manfaat dan risiko tembakau alternatif. Isu kajian tersebut ia nilai tidak berimbang dan cenderung menekankan pada sisi negatif, sedangkan ulasan aspek positif sangat sedikit.
Baca juga: BKKBN: Rokok jadi faktor Indonesia duduki posisi 108 kekerdilan dunia
Selain itu, ada kalimat yang berbunyi ‘Kendati benar bahwa kontaminan yang terdapat dalam uap produk tembakau alternatif tidak sebanyak yang ada pada rokok, tetap saja tidak aman’.
"Kata 'tidak aman' merupakan konstruksi menyesatkan yang merupakan bentuk manipulasi lama oleh aktivitas pengendalian tembakau,” ujar Bates dalam laman pribadinya.
Manipulasi komunikasi juga diduga dilakukan oleh tiga organisasi kesehatan besar Amerika Serikat lainnya seperti American Cancer Society, American Lung Association, dan American Thoracic Society.
Bates berpendapat, hal tersebut berpotensi mendorong masyarakat untuk percaya pada beragam informasi yang menyesatkan mengenai produk tembakau alternatif.
"Pada akhirnya mereka tidak bisa mendapatkan informasi akurat yang sebenarnya bisa membantu mereka untuk menekan risiko pada saat memenuhi kebutuhan akan nikotin. Komunikasi yang ada sekarang sangat buruk,” ujar Bates.
Inggris berbeda
Hal berbeda ditemukan di Inggris. Bates mengungkapkan sejumlah penelitian yang diterbitkan oleh empat lembaga kesehatan terpercaya, seperti National Health Service, Center Research UK, British Lung Foundation, dan British Heart Foundation, mengedepankan perbandingan risiko antara produk tembakau alternatif dan rokok.
Hasilnya membuktikan bahwa produk tembakau alternatif jauh lebih rendah risiko, sehingga dapat menjadi pilihan bagi para perokok yang ingin mengurangi risiko, tetapi belum bisa melepas konsumsi nikotin sepenuhnya.
“Penjelasan ini belum maksimal, tetapi yang terpenting tidak mencoba untuk menanamkan persepsi keliru terkait risiko atau membuat perokok menjauh dari perubahan kebiasaan yang lebih baik,” ujar Bates.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) Ariyo Bimmo menekankan pentingnya bagi perokok dewasa untuk mendapatkan akses informasi yang akurat dan netral mengenai produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan snus/kantong nikotin.
Sebab, informasi keliru yang beredar di publik berpotensi menghambat para perokok dewasa untuk beralih ke produk yang lebih rendah risiko ini.
“Informasi keliru mengenai produk tembakau alternatif sangat masif di Indonesia sehingga membuat perokok dewasa enggan untuk beralih ke produk tembakau alternatif. Padahal, produk ini memiliki potensi yang signifikan untuk membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaan merokok secara bertahap,” kata Bimmo dalam keterangannya.
Untuk menekan semakin luasnya informasi keliru tersebut, Bimmo berharap pemerintah dapat mendorong kajian ilmiah dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait, mulai dari kementerian dan lembaga, akademisi, praktisi kesehatan, pelaku usaha, hingga konsumen.
Harapannya, hasil dari kajian tersebut menjadi informasi akurat bagi masyarakat luas dan perokok dewasa.
“Kami berharap pemerintah mulai tergerak untuk melakukan dan mendorong kajian ilmiah, karena informasi yang akurat berbasis penelitian merupakan solusi demi menekan penyebaran informasi yang keliru mengenai produk tembakau alternatif. Informasi yang akurat juga akan mendorong perokok dewasa untuk beralih, sehingga hasilnya diharapkan dapat mendorong penurunan prevalensi merokok di Indonesia,” tutup Bimmo.
Mispersepsi bikin perokok enggan beralih ke tembakau alternatif
Kamis, 17 Februari 2022 11:25 WIB 1290