Langkat (ANTARA) - Musibah banjir untuk kedua kalinya terjadi di Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat. Akibatnya 115 hektare sawah dengan usia tanam 3-9 hari terendam.
Hal itu disampaikan petugas penyuluh pertanian Sirapit, Irman Onde, di Sirapit, Rabu (18/12).
Sebelumnya, pada Senin (16/12) banjir juga terjadi di kawasan itu, menyebabkan tanaman padi masyarakat ikut terendam.
Berdasarkan data, curah hujan di kawasan itu sekitar 26 milimeter.
Baca juga: Banjir melanda Kuala Langkat, ketinggian air capai 50 hingga 150 cm
Baca juga: BPP Kecamatan Sirapit Langkat terdampak banjir
Sementara itu, staf Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Langkat, Sakimin, menyampaikan, berdasarkan informasi BMKG Sampali, berpedoman data statistik dan dinamis bahwa puncak curah hujan diperkirakan terjadi pada Desember ini dan akan kembali normal pada Januari-Februari 2020.
Saat ini, berdasarkan laporan dari Pos Hujan Bahorok, curah hujan tidak begitu besar atau di bawah 50 mm, tapi ketinggian air di Sungai Wampu sudah berada dalam kondisi di atas normal.
"Hati-hati Stabat ini bisa menjadi banjir kiriman, sementara laporan curah hujan di Serapit tadi malam masih di bawah 50 mm, akan tetapi banjir ini akibat akumulasi dari curah hujan kemarin yang mencapai 43 mm jadi selama dua hari sudah mencapai 80 mm," kata Sakimin.
Baca juga: Curah hujan tinggi, air Sungai Wampu mulai masuk ke pemukiman warga
Baca juga: 30 hektare tanaman padi dan jagung terdampak banjir Kuala Langkat