Medan (ANTARA) - Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu haka sasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996).
Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa.
Yang termasuk dalam jenis pangan adalah sesuatu yang bisa dimakan, yang sifatnya terbagi menjadi pangan segar dan pangan olahan. Pangan segar terdiri dari beras, gandum, segala macam buah, ikan, air, dan sebagainya.
Sedangkan pangan olahan merupakan pangan yang sudah diolah menjadi sesuatu yang dapat dikonsumsi seperti pangan siap saji.
Seperti di Indonesia, pangan di identikkan dengan beras, karena makanan pokok masyarakat Indonesia adalah beras.
Di Indonesia sendiri pengadaan beras diatur oleh pemerintah di bawah Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau disingkat Perum Bulog.
Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau disingkat Perum Bulog adalah sebuah lembaga pangan di Indonesia yang mengurusi tata niaga beras.
Bulog dibentuk pada tanggal 10 Mei 1967 berdasarkan keputusan Presidium Kabinet Nomor 114/Kep/1967. Sejak tahun 2003, status Bulog menjadi BUMN.
Dari penjelasan di atas saya tertarik untuk mengangkat tema mengenai langkah cerdas Bulog di bawah kepemimpinan Budi Waseso.
Hal ini dikarenakan melihat dari pandangan masyarakat terhadap kualitas Bulog yang buruk.
A.Faktor yang Mempengaruhi Pikiran Buruk kepada Bulog
Pikiran buruk masyarakat kepada Bulog disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya,pertama adalah kualitas beras Bulog yang buruk.
Masyarakat memandang bahwa kualitas beras Bulog yang didistribusikan oleh pemerintah memiliki kualitas yang buruk. Hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat di Indonesia memiliki stigma negatif kepada pihak Bulog.
Kedua, kurangnya komunikasi antara Bulog dengan masyarakat.
Kurangnya komunikasi ini menyebabkan masyarakat berpikir buruk kepada Bulog. Seperti yang dikatakan oleh Budi Waseso, bahwa kualitas beras yang didistribusikan oleh Bulog tidak seburuk yang dikatakan masyarakat disebabkan oleh beberapa hal.
Namun, karena kurangnya komunikasi antara Bulog dan masyarakat maka pikiran masyarakat selalu buruk kepada Bulog.
Ketiga, panjangnya rantai distribusi beras di tanah air menyebabkan harga beras tinggi dan merugikan beberapa pihak seperti petani dan pedagang eceran.
B.Kendala Bulog Mengatasi Pemasalahan
Berikut ini adalah kendala yang dihadapi Bulog dalam mengatasi permasalahannya.
1.Sistem logistik Indonesia lebih rumit dibandingkan sistem negara kontinental, seperti Malaysia dan Singapura karena Indonesia merupakan negara kepulauan.
2.Populasi penduduk yang meningkat sedangkan lahan semakin menyempit. Makin bertambahnya penduduk yang diiringi menyempitnya luas lahan adalah penyebab masalah di bidang pangan.
Pada awal didirikan tahun 1967 jumlah penduduk Indonesia 150 juta, kini jumlah penduduk sudah semakin berlipat menjadi sekitar 250 juta jiwa.
C.Langkah-Langkah Yang Telah Dilakukan Untuk Mengatasi Pikiran Negatif Terhadap Bulog
Di tengah-tengah kecewanya masyarakat kepada pihak pemerintah terkait dengan kualitas beras yang didistribusikan oleh Perum Bulog, hadirnya Budi Waseso sebagai Direktur Perum Bulog yang baru menggantikan Djarot Kusumayakti telah berhasil menciptakan kesan baik di mata masyarakat dengan tiga langkah cerdas yang diambilnya, yakni:
1. Permasalahan mengenai penyimpanan stok beras.
Permasalahan ini mampu diselesaikan oleh Budi Waseso dengan langkah baru. Perum Bulog langsung mendistribusikan beras yang dibutuhkan oleh masyarakat tanpa perlu menahan/menyimpannya berlama-lama di gudang.
Karena hal tersebutlah yang membuat kualitas beras Bulog menjadi buruk. Keluhan-keluhan beras berbau dan berkutu sudah tidak lagi menjadi masalah. Karena akar dari masalah buruknya kualitas beras sudah bisa diperbaiki.
2.Masyarakat lebih mudah memperoleh bahan paling pokok (beras)
Permasalahan ini, berkaitan dengan rendahnya kemampuan sebagian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya yaitu permasalahan pengahasilan.
Pengahasilan sebagian masyarakat tidak mampu mencukupi bahkan tidak mampu membeli beras yang dikeluarkan oleh Perum Bulog.
Beras yang didistribusikan oleh Perum Bulog ini, dijual per-karung isi 50 kg, 25 kg, dan 5 kg.
Bahkan sering ada yang menjualnya dalam ukuran satu kilogram pun masyarakat masih terbebani dengan ketidak mampuannya membeli beras tersebut.
Namun, saat masa jabatan Budi Waseso menciptakan cara yang cukup membuat masyarakat menjadi lebih mudah dalam memenuhi kebutuhannya yaitu dengan membeli beras yang ukurannya adalah 200 gram yang dinamakan BERAS KITA.
Hal tersebut mampu mempermudah masyarakat, selain itu halini juga mendapatkan keuntungan lebih bagi pemerintah.
3.Perolehan laba yang cukup besar
Dengan penjualan BERAS KITA sejumlah 200 gram, selain memberikan dampak positif di masyarakat ternyata juga membuat pemerintah mendapatkan keuntungan laba yang cukup besar.
Laaba tersebut nantinya akan digunakan untuk pembiayaan terobosan-terobosan baru yang lainnya dan pastinya bermanfaat bagi masyarakat.
Ketiga hal tersebut merupakan cara cerdas dari Budi Waseso dalam menangani permasalahan-permasalah mengenai Beras Bulog yang penilaian di mata masyarakat sudah negatif. Dengan cara cerdas tersebut, Budi Waseso mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah terutama Perum Bulog.
*** Penulis Adalah Mahasiswa Vokasi Universitas Indonesia
Langkah Cerdas Bulog di Tangan Budi Waseso
Selasa, 3 Desember 2019 11:25 WIB 14128