Medan (ANTARA) - Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Dr Agussani, MAP menerima anugrah berupa penghargaan dan Gelar Tumenggung Tun Hasan dari Dunia Melayu Dunia Islam pada acara peresmian konvensyen internasional ke-20 di Jakarta yang diikuti 23 negara.
Penganugerahan gelar kepada Dr Agussani, MAP dilaksanakan pada Malam Minggu, (22/11) diThe Sultan Hotel & Residence, Jakarta. Konfensyen DMDI sendiri berlangsung mulai 22 s/d 24 November 2019.
Penganugerahan gelar kepada Dr Agussani, MAP dalam ajang konvensyen DMDI itu karena yang bersangkutan dinilai sebagai tokoh yang gigih mendorong kerjasama dan pembangunan Dunia Melayu Dunia Islam ((DMDI).
Baca juga: UMSU- UITM Malaysia sepakat kerjasama "Join Research"
Dr Agussani, MAP juga dinilai sebagai tokoh pendidikan yang memiliki semangat yang secara simbolik dalam memperjuangkan dan menegakkan kedaulatan Kerajaan Melaka .
"Anugerah Temenggong Tun Hassan ini merupakan simbolik kepada Temenggong Melayu kerana semangatnya yang kuat dalam memperjuangkan dan menegakkan kedaulatan Kerajaan Melaka," demikian dalam surat undangan penganugerahaan gelar yang ditandatangani Presiden DMDI, Tan Sri Haji Mohammad Ali bin Mohammad Ruslan.
Sebagai tokoh Melayu, Dr Agussani, MAP sebelumnya diakui sangat gigih mempersatukan masyarakat Melayu melalui program budaya dan pendidikan.
Nama Dr Agussani, MAP juga tercatat banyak terlibat dalam kegiatan mengumpulkan para tokoh Melayu agar bersatu diantaranya, Pakat Melayu dan siaran radio bersama UMSU Radio dan TM Face Live, radio Universitas Pendidikan Sultan Idris, Malaysia bertajuk "Maya Kabe".
Siaran ini membahas isu-isu aktual seputar Budaya Melayu,, sosial, agama, dan pendidikan. Dalam siaran itu, UMSU Radio dan TM Face Live UPSI Malaysia juga menghadirkan narasumber dari kampus masing-masing. Para narasumber selain berasal dari dalam kampus juga tokoh masyarakat dan adat Melayu.
Rektor UMSU, Dr Agussani, MAP mengaku, sangat terhormat dengan pemberian anugerah dari DMDI dan itu menjadi motivasi tersendiri untuk terus berjuang meningkatkan harkat dan martabat puak Melayu khususnya di dunia pendidikan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui bidang pendidikan menjadi isu penting sebagai langkah untuk mampu bersaing di era industri 4.0.
"Pendidikan merupakan satu hal penting dimana ada 300 juta puak Melayu yang tersebar di 23 negara di dunia. Untuk itu perlu ada kesiapan bagi Masyarakat Melayu beradab dan berkarakter, punya jati diri agar mampu bersaing dan tidak tertinggal dengan puak lainnya," katanya.
Dijelaskan, dalam Konvensyen DMDI juga dibahas bagaimana agar Masyarakat Melayu tidak tertinggal secara ekonomi. Untuk itu perlu kesiapan Masyarakat Melayu untuk terlibat dalam pembangunan ekonomi digital karena itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tuntutan perkembangan di era industri 4.0.
Selain itu, Konvensyen DMDI juga merumuskan tentang dukungan terhadap program pemerintah dalam membangun suasana kondusif. "Mengutip Presiden DMDI
Tan Sri Haji Mohammad Ali bin Mohammad Ruslan, Indonesia memiliki peran penting sebagai lima besar negara ekonomi dunia 2030, maka sudah seharusnya Masyarakat Melayu sebagai bagian yang tidak terpisahkan harus mendukung terciptanya suasana kondusif," kata Dr Agussani.