Tapanuli Selatan (ANTARA) - Sebuah desa di Kecamatan Angkola Sangkunur Kabupaten Tapanuli Selatan yang dulunya sunyi bahkan tak dikenal kini berubah ramai dan mulai dikenal banyak orang.
Betapa tidak, karena dana desa yang digelontorkan pemerintah melalui Kemendes Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) desa ini sudah berhasil menyulap sebagian potensi wilayahnya sebagai wahana wisata desa.
Adalah Desa Perkebunan yang dihuni 170 kepala keluarga atau lebih 700 jiwa, yang mempunyai jarak lebih kurang 10 kilometer dari arah pintu masuk jembatan Trikora (simpang Jalan lintas Barat Sumatera) Kecamatan Batangtoru - Angkola Sangkunur.
"Kalau menaiki kendaraan bermesin (mobil atau sepedea motor) dari arah Kota Padangsidimpuan menuju lokasi wahana wisata cukup memakan waktu dijalan sekitar satu jam," kata Julianto Kepala Desa Perkebunan menjawab ANTARA, di Sipirok, Selasa (22/10).
Dia mengatakan saat libur akhir pekan ratusan orang dari berbagai penjuru diwilayah Tapanuli Bagian Selatan bahkan Tapanuli Tengah dan Sibolga berdatangan untuk menikmati wisata alam desa Perkebunan yang baru beroperasi 1 September 2019 lalu.
"Pengunjung biasanya datang bersama-sama keluarga (anak-anak) melepas penat sembari menikmati kuliner tersedia sambil sebagian bermandi-mandi. Sebab lokasinya persis dipinggiran aliran Sungai Sangkunur yang airnya tergolong jernih," katanya.
Berbagai varian kuliner seperti pecal, nasi dengan ikan bakar, ikan goreng, ayam goreng, serta berbagai gorengan minuman juz yang harganya serba terjangku menjadi daya pikat pengunjung untuk sering datang.
Suasananya betul-betul nyaman dan asri, halamannya berpasir dilengkapi pondok-pondok bambu kecil berbagai ukuran beratap rumbia, kamar mandi, tempat shalat, are parkir luas pelayanannya ramah, seakan ingin rasanya untuk berlama-lama disini.
Julianto mengatakan luas area wisata ini berkisar satu hektare dikelilingi hamparan kebunan sawit berbukit sehingga menambah keindahan panorama apalagi untuk berfoto (selfie).
"Bagi yang suka hunting foto lokasi wisata desa yang dikelola langsung Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mandiri ini sangat tepat dan cocok selain lokasi wisata lain yang ada di Tapanuli Selatan," katanya.
Sekarang, wisata desa alam yang mereka ciptakan ini, katanya, sudah mampu memberikan kontribusi (pendapatan) untuk Kas BUMDes yang diketuai Risky Ananda, bahkan mengurangi pengangguran.
Karyawannya ada delapan orang mulai dari koki, kasir tambah pelayan dan jaga malam dan ditambah menjadi 13 orang bila akhir pekan karena ramai pengunjung. Tenaga kerjanya memberdayakan kaum ibu dan pemuda/pemudi desa.
"Bicara soal honornya lumayan antara Rp400 ribu hingga Rp800 ribu per bulannya hasil pendapatan dan sisanya untuk kas BUMDes. Kan... sudah sangat membantu bagi masyarakat khususnya buat tambahan pendapatan keluarga," kata Julianto.
Modal membangun desa wisata hasil dari dana desa tahap dua Rp50 juta dan rencana akan menambah dari dana tahap tiga berkisar Rp50 juta lagi sehingga total estimasi Rp100 juta.
Yulianto mengatakan, terwujudnya desa wisata ini tidak lepas daripada dorongan penuh Pemkab Tapanuli Selatan melalui Dinas PMD setempat yang kerap mendorong desa untuk dapat memanfaatkan dana desa untuk menggali potensi desa menjadi sumber uang desa.
Tambah, motivasi Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M.Pasaribu yang setiap dalam pertemuan dengan kepala desa selalu menekankan penggunaan dana desa jangan dimain-mainkan.
Tetapi manfaatkan roh dana desa sesuai aturan untuk mewujudkan desa yang maju dan mandiri sebagaimana nawacita Presiden Joko Widodo membangun dari pinggiran, katanya mengutip arahan Syahrul.
"Hal inilah yang mendorong Desa Perkebunan menggali segala potensi yang ada sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat desa disamping berbagai infrastruktur bangunan fisik, pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan dana desa tersebut," kata sembari ucapkan terimakasih kepada pemerintah.
Bahkan Jualianto menandaskan dengan peribahasa "dimana ada kemauan disana ada jalan" yang mengartikan yakin usaha BUMDes yang masyarakat desa bangun akan membuahkan hasil gemilang.