Padang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan fenomena suhu udara ekstrem yang terjadi di Padang pada pagi hari disebabkan karena terjadinya musim kemarau dalam jangka panjang.
"Fenomena suhu udara yang dingin ini memang lumrah terjadi pada saat musim kemarau, karena pada saat kemarau tidak ada awan yang terbentuk di atmosfer, sehingga permukaan bumi mampu melepas radiasi gelombang panjang ke atmosfer," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG MinangkabauYudha Nugraha di Padang, Senin.
Menurutnya suhu udara di Padang pada Senin pagi suhu udara mencapai 18 derajat celcius dan ini masuk kategori ekstrem karena rata-rata biasanya 22,7 derajat celcius.
Ia memaparkan kondisi pada saat musim kemarau cenderung memiliki kelembaban udara yang rendah atau kering, yang artinya tidak ada uap air yang cukup di udara untuk menahan panas di bumi sehingga kondisi ini semakin menurunkan suhu udara pada malam hari.
Kami melihat hal ini juga dipengaruhi dengan adanya kabut asap, karena pada saat terjadi kabut asap radiasi matahari tidak dapat masuk ke permukaan bumi, kata dia.
Akan tetapi karena kondisi asap sudah mulai berkurang, dalam dua sampai tiga hari ke depan suhu dingin di pagi hari diperkirakan akan kembali ke normal sekitar 21-22 derajat celcius.
Sementara salah seorang warga Padang Fitra mengaku kaget karena saat akan berwudhu suhu air terasa amat dingin.
"Ini rasanya seperti di pegunungan, dingin dan jarang terjadi di Padang suhu udara sedingin ini," kata dia.
Berdasarkan perkiraan cuaca yang dibuat BMKG Bandara Internasional Minangkabau secara umum cuaca daerah yang ada di Sumbar cerah dan berawan pada pagi hari serta potensi hujan ringan di wilayah Limapuluh Kota , Pesisir Selatan dan dengan kelembaban udara 60 hingga 95 persen.