Oleh Imran Napitupulu
Laguboti, 8/3 (Antarasumut) - Sejumlah penghuni Panti Kusta "Hutasalem" di Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara mengaku apatis dan berencana tidak akan menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2014, karena mereka tidak mengerti arti pesta demokrasi tersebut.
"Kami merasa bingung dan tidak tahu harus bagaimana dalam Pemilu ini," ujar Syarifuddin, seorang bekas penderita kusta di Hutasalem, Sabtu.
Dengan polos dan lugu, lelaki yang menjadi penghuni panti sejak April 1988 itu menyebutkan, di antara 80 orang penghuni lain, sebagian besar teman-temannya sama sekali tidak paham mengenai arti dan proses Pemilu.
Syarifuddin yang berasal dari Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara mengaku tidak mengerti hak-hak politik yang mereka miliki, serta tidak paham untuk apa tujuan Pemilu legislatif 2014.
"Kami pernah mengusulkan kepada petugas pencacah pemilih, agar tidak ikut melakukan pemungutan suara, karena menurut kami Pemilu menjadi hal rumit," kata lelaki yang mengaku hanya sempat duduk di kelas tiga SD Inpres di Kutacane tersebut.
Penghuni panti lainnya, Amirsyah juga mengaku pada pelaksanaan Pemilu sebelumnya, merasa kurang mendapatkan perhatian dari berbagai pihak.
Jarang ada liputan media atas situasi pemilu di kawasan panti kusta tersebut.
Kini, kata pria paruh baya yang berasal dari Gayo, Aceh tenggara itu, panti sering dikunjungi para calon anggota legislatif.
Ia menilai banyak politisi yang muncul mengatasnamakan demokrasi, menyuarakan janji-janji dan membangun harapan di antara kusutnya mimpi-mimpi para penghuni panti itu.
Namun, menurut Amirsyah, belum ada seorangpun calon anggota legislatif di Hutasalem memberikan pendidikan politik, meski pada hakikatnya kampanye adalah untuk meyakinkan pemilih dengan visi misi pembelajaran politik tanpa dilatarbelakangi politik uang atau "money politic".
"Entah kenapa, beberapa penghuni panti tergoda dan tak kuasa menolak hadiah yang disodorkan Caleg yang memaksakan praktik money politic dengan cara halus sedikit memaksa," ujar Hamzah, seorang penghuni lain. menambahkan.
Memang, lanjut Hamzah, masih banyak teman-temannya sesama penghuni panti yang tidak goyah dan tidak mau menerima serta dengan tegas menolak pemberian sejumlah Caleg untuk tujuan praktik "money politic".
"Di antara Caleg yang datang, tidak semua bermaksud membeli suara. Namun jumlahnya hanya sedikit," katanya.
Ketua KPU Toba Samosir, Rinto Hutapea menyebutkan, dalam perhelatan pesta demokrasi Pemilu 2014, tidak ada perlakuan khusus bagi kaum difabel di panti Hutasalem.
Menurutnya, tidak ada perbedaan hak-hak politik dengan pemilih marginal di sana. Memang, pemahaman kaum difabel di Panti itu perlu lebih mendapat pencerahan hingga memiliki pengetahuan lebih memadai mengenai proses Pemilu.
"Satu TPS ditempatkan di sana. Achmad Saleh Simamora, bersedia menjadi relawan Pemilu. Pria yang juga dari kaum difabel ini bertugas untuk mengawasi jalannya pesta rakyat di komplek panti kusta Hutasalem," kata Rinto.(IN)
Penghuni Panti Kusta “Hutasalem” Apatis Terhadap Pemilu
Minggu, 9 Maret 2014 19:43 WIB 2001