Pematangsiantar, 13/7 (Antara) - Abang becak di Kota Pematangsiantar masih menyimpan sikap optimistis, moda angkutan roda tiga yang merupakan ciri khas Kota ini tidak akan mengalami kepunahan meski jumlahnya sudah sangat jauh berkurang.
ANTARA melaporkan dari Pematangsiantar, Sabtu, dengan jumlah kira-kira 4.000-an unit di era 1990 ke bawah, kendaraan roda tiga Birmingham Small Arm (BSA) asal Inggris bermesin 350cc sampai 500cc yang hanya ada di Pematangsiantar tersebut kini hanya tersisa ratusan unit.
"Tiga tahun lalu masih ada 1.500 unit, sekarang tidak sampai 200-an sudah dijual ke pembeli dari berbagai kota," ungkap Sumino (46 tahun) penduduk Jalan Mujahir Pematangsiantar, Sabtu yang mangkal di pasar tradisional Dwikora bersama puluhan rekan seprofesi.
Di antaranya Suwarno (62 tahun) penduduk Jalan Seram Bawah, Khaidir (60 tahun) Jalan Raya Kota Pematangsiantar, Supono (54 tahun) Nagori Purbasari dan Jumhaidi Kelurahan Beringin Kabupaten Simalungun.
Para Abang becak (sebutan pengemudi kendaraan roda tiga bermesin di Pematangsiantar) mengungkapkan tidak bisa berbuat apa-apa ketika rekan mereka menjual becaknya karena hasil `menarik¿ becak (mengantar penumpang ke tempat tujuan) tidak bisa diharapkan untuk nafkah keluarga.
Menurut Suwarno, gaya hidup masyarakat yang setiap kepala keluarga sedikitnya memiliki satu unit sepeda motor dan kalau melakukan aktivitas memakai motornya atau diantar-jemput, tinggal menghubungi keluarga melalui handphone, menjadi penyebabnya.
Sekarang ini, kata Suwarno, Abang becak yang mangkal di Pasar Dwikora, pusat perbelanjaan modern maupun di persimpangan lainnya hanya mengharapkan penumpang dari ibu-ibu etnis Tionghoa. "Orang China masih suka naik becak daripada angkutan lain. Mereka inilah penumpang setia kami," sebutnya.
Selain kalah bersaing dalam menjual jasa angkutan dengan yang lainnya sehingga pendapatan minim, tawaran dari agen pembeli sangat menggoda yakni antara Rp30 juta sampai Rp50 juta. "Setahu saya ada yang laku Rp90 juta, ya tergantung kondisi becak," tutur Suwarno yang hanya menarik becak mulai pukul 06.00 WIB sampai 09.00 WIB.
Semula peminat motor gede ini berasal dari Surabaya Jawa Timur kemudian Jakarta dan tahun 2013 ini dari Bali. "Mereka (agen pembeli) butuh 25 unit untuk dibawa ke Bali. Jumlahnya belum sampai (25 unit), dan sudah dikirim ke sana (Bali)," ungkap Suwarno.
Suwarno dan sejumlah Abang becak lain yang punya sejarah dengan kendaraan yang dibawanya sejak mulai usaha ataupun warisan orang tua menegaskan tidak akan menjual becaknya dengan tawaran tinggi.
Namun jika pemilik atau penerusnya kelak menjual becaknya bisa jadi becak Siantar hanya tinggal nama dan cerita. "Saya punya kenangan tersendiri dengan becak saya. Entahlah nanti anak atau cucu saya," katanya. ***4*** (KR-WRS/C/N001)
(T.KR-WRS/C/N. Sunarto/N. Sunarto) 13-07-2013 13:32:05
