Indonesia menghadirkan energi terbarukan  berupa pembangkit listrik tenaga Air (PLTA) Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara sebagai salah satu upaya pengurangan emisi karbon untuk mewujudkan Indonesia rendah emisi.

Setiap tahunnya, PLTA Batang Toru diprediksi dapat mengurangi emisi karbondioksida minimal 1,6 juta metric Ton atau setara dengan penyerapan karbon dari hutan seluas 120.000 hektar.

Penyerapan karbon ini menjadi hal krusial dalam hal pencegahan terhadap dampak perubahan iklim yang setiap hari semakin mengancam kehidupan seluruh makhluk hidup di Bumi. Dampak perubahan iklim yang paling nyata adalah kenaikan suhu global dan naiknya permukaan laut sehingga mengancam wilayah-wilayah pesisir.

Pembahasan upaya mewujudkan Indonesia rendah emisi dari sisi energi dibahas dalam sesi Talkshow Indonesia Green Growth 2019 & Jejaring Indonesia Rendah Emisi (JIRE) yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim, dan Pemerintah Kota Malang di Malang, Jawa Timur, Kamis (27/6).

Hadir sebagai pembicara Ir. Abadi Poernomo, Dipl. Geoth, En. Tech., Anggota Dewan Energi Nasional. Harris S.T. M.T., Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dan Agus Djoko Ismanto Ph.D., Senior Adviser on Environment and Sustainability PLTA Batang Toru.Talkshow ini dimoderatori oleh Dicky Edwin Hindarto selaku Koordinator Jejaring Indonesia Rendah Emisi.

Baca juga: Soal lingkungan, Kementerian LHK apresiasi PLTA Batang Toru

Baca juga: Indonesia Green Growth Trade & Fair 2019, PT.NSHE tampilkan Kopi Arabika Sipirok

Baca juga: Bupati Tapsel berharap PLTA Batang Toru gunakan bank daerah

PLTA Batang Toru perlu lingkungan

Dalam keterangan tertulis diterima di Tapanuli Selatan, Kamis (27/6) Agus Djoko Ismanto mengatakan PLTA Batang Toru merupakan energi bersih karena sumber energinya adalah air.

“Kami sangat menyadari PLTA memerlukan lingkungan yang mendukung sebagai penyimpan air secara alamiah, PLTA Batang Toru tidak mempunyai reservoir, sehingga stok air tersimpan di dalam hutan.  Karena itu  PLTA Batang Toru secara fundamental akan mempertahankan dan selalu ikut program kelestarian kawasan yang menghasilkan air sebagai bahan baku operasinya,” kata Agus Djoko Ismanto yang akrab dipanggil Adji.

Menurut Adji, pembangunannya sudah melalui kajian-kajian mendalam sesuai persyaratan nasional dan internasional. “Tidak hanya melakukan AMDAL, kami juga telah melaksanakan kajian Environmental and Social Impact Assessment (ESIA), yang menjadikan kami PLTA pertama di Indonesia yang melaksanakan Equatorial Principle,” tambah Adji.

Sementara, Harris dari Kementerian ESDM mengatakan, pembangunan PLTA Batang Toru untuk menggantikan peran pembangkit listrik tenaga diesel yang berbahan bakar fosil pada saat beban puncak di Sumatera Utara. Penggunaan Energi Terbarukan yang bersih dan ramah lingkungan seperti PLTA akan menurunkan kadar emisi karbon sekaligus meningkatkan kualitas kelestarian lingkungan guna memitigasi dampak perubahan iklim.
 
“Pembangunan PLTA Batang Toru merupakan bagian dari program strategis pembangunan pembangkit listrik nasional 35.000 MW. PLTA Batang Toru mampu menghasilkan listrik sebesar 510 MW dan dapat menghemat devisa sebesar USD 400 juta/tahun, yang didapat dari tidak membeli bahan bakar fosil untuk tenaga diesel," lanjut Harris.

Abadi Poernomo mengatakan Energi Bersih adalah masa depan Indonesia. Penggunaan Energi Bersih yang rendah emisi dapat mereduksi emisi gas karbondioksida yang selama ini dihasilkan oleh energi fosil.

Dalam prakteknya, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) hadir sebagai sumber energi bersih yang ramah lingkungan karena pada prinsipnya PLTA harus menjaga kualitas Ekosistem Air sebagai sumber energi. Abadi juga mengatakan, mahasiswa dapat berkontribusi langsung terhadap penggunaan Energi Bersih serta turut mempromosikan penggunaannya dalam teknologi.

Lebih jauh Adji juga mengatakan, bahwa PLTA Batang Toru berkomitmen untuk senantiasa memberikan manfaat nyata bagi lingkungan hidup dan masyarakat sekitar kawasan Batang Toru. Selain melakukan revegetasi terhadap tanaman-tanaman langka yang hampir punah,  PLTA Batang Toru juga turut membangun ekonomi masyarakat dengan memberikan pendampingan dan pembinaan masyarakat dalam hal pengembangan tanaman Kopi Sipirok sebagai specialty coffee, budidaya spesies Ikan Jurung, pengolahan potensi gula aren, serta usaha skala kecil lainnya.

Hal ini dilakukan PLTA Batang Toru sebagai wujud nyata mitigasi dampak perubahan iklim yang berfokus pada peningkatan kapasitas masyarakat.

Baca juga: PLTA Batang Toru akan bangun MCK masyarakat Pargodungan

Baca juga: Masyarakat Bulu Mario apresiasi PLTA Batang Toru santuni anak yatim

Baca juga: Indahnya bulan Ramadhan berbagi bersama PLTA Batang Toru
 
 

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019