Tapanuli Selatan (ANTARA) - Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah menjadi tonggak penting dalam sistem kesehatan di Sumatera Utara (terdiri 33 kabupaten/kota-red), memberikan akses layanan medis yang lebih luas bagi masyarakat.
Dengan populasi lebih 15 juta jiwa dan wilayah geografis yang beragam, JKN memainkan peran strategis dalam memastikan layanan kesehatan dapat diakses secara merata, terutama bagi masyarakat kurang mampu dan mereka yang tinggal di daerah terpencil.
Memasuki tahun ke-11 (sejak 1 Januari 2014) pelaksanaannya, JKN diproyeksikan semakin berkontribusi dalam membangun sistem kesehatan yang lebih inklusif, efisien, dan berkualitas di Sumatera Utara, termasuk di wilayah Kabupaten Tapsel berpenduduk lebih kurang 322 ribu jiwa lebih.
Dampak Positif JKN
Sejak JKN diterapkan, program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ini telah meningkatkan kunjungan masyarakat ke fasilitas kesehatan, baik puskesmas maupun rumah sakit. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak lagi terbebani oleh biaya tinggi untuk mendapatkan perawatan medis.
Selain itu, keberadaan JKN turut mendorong deteksi dini penyakit yang sebelumnya sulit diakses oleh masyarakat. Dengan akses yang lebih baik, angka kesakitan dan kematian akibat keterlambatan pengobatan dapat ditekan.
"Dengan adanya JKN, kami melihat peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Ini sangat positif dalam mencegah penyakit kronis," ujar Kepala Dinas Kesehatan Tapsel, dr Rudi Iskandar Harahap, M.Kes.
Dari sisi fasilitas kesehatan, peningkatan jumlah pasien yang ditanggung JKN juga mendorong rumah sakit dan puskesmas untuk terus meningkatkan kualitas layanan.
Program ini turut mendorong pemerintah daerah untuk berinvestasi dalam infrastruktur kesehatan, memastikan fasilitas medis yang lebih memadai, serta menambah jumlah tenaga medis yang bertugas di lapangan.
Tantangan Dalam Implementasi
Meski memberikan banyak manfaat, implementasi JKN di Sumatera Utara secara umum masih menghadapi berbagai tantangan.Salah satu kendala utama adalah distribusi tenaga medis yang belum merata.
Dokter spesialis masih terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Medan, sementara daerah lain seperti Tapanuli Selatan yang meliputi 212 desa 36 kelurahan di 15 kecamatan ini mengalami keterbatasan tenaga kesehatan.
"Kami sering menemui kasus di mana pasien dari daerah pedalaman di Tapsel harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan layanan spesialis. Ini menjadi tantangan yang harus segera diatasi," ujar Syawal Pane Ketua Komisi C DPRD Tapsel yang membidangi kesehatan di Tapsel.
Selain itu, lonjakan peserta JKN juga meningkatkan beban kerja tenaga medis, yang berpotensi menurunkan kualitas layanan.Waktu tunggu yang panjang untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit kerap menjadi keluhan masyarakat.
Dari sisi pembiayaan, keberlanjutan program JKN juga masih menjadi perhatian.Defisit anggaran BPJS Kesehatan yang berulang kali terjadi menuntut upaya peningkatan kepatuhan pembayaran iuran peserta serta efisiensi dalam pengelolaan dana layanan kesehatan.
Langkah Strategis Ke Depan
Agar JKN tetap berkontribusi secara optimal dalam sistem kesehatan di Sumatera Utara, termasuk Tapanuli Selatan, sejumlah langkah strategis perlu diambil, antara lain:
Peningkatan Infrastruktur dan Tenaga Kesehatan Pemerintah perlu membangun lebih banyak rumah sakit dan puskesmas di daerah terpencil serta memberikan insentif bagi tenaga medis yang bertugas di wilayah kurang terjangkau.
Pemanfaatan Teknologi Kesehatan
Telemedicine dan rekam medis digital dapat menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan akses layanan kesehatan di daerah pelosok.
Penguatan sistem pembiayaan
Meningkatkan kepatuhan pembayaran iuran serta mengefektifkan alokasi dana BPJS Kesehatan agar program ini tetap berjalan tanpa defisit.
Peningkatan kualitas layanan
modernisasi fasilitas kesehatan, peningkatan kompetensi tenaga medis, serta pengurangan waktu tunggu pasien menjadi faktor kunci dalam meningkatkan kepuasan peserta JKN.
Kesimpulan
Sebagai program jaminan kesehatan terbesar di Indonesia, JKN memiliki potensi besar dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Sumatera Utara, utamanya di Kabupaten Tapanuli Selatan.
Dengan cakupan peserta yang luas, akses layanan yang semakin mudah, serta peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, program ini berperan dalam menekan angka kesakitan dan meningkatkan harapan hidup.
Namun, tantangan seperti distribusi tenaga medis yang belum merata, beban layanan yang tinggi, dan tantangan finansial harus segera diatasi agar program ini tetap berjalan optimal.
Dengan strategi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, JKN diharapkan dapat menjadi pilar utama dalam mewujudkan sistem kesehatan yang inklusif dan berkelanjutan di Sumatera Utara khususnya di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.