Medan (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera Utara menyatakan, penyaluran kredit perbankan untuk UMKM di wilayahnya mencapai Rp79,72 triliun sampai Mei 2024 atau tumbuh 9,06 persen dibandingkan Mei 2023.
"Penyaluran kredit UMKM ini didominasi oleh sektor perdagangan dengan pangsa 45,41 persen," ujar Kepala Kantor OJK Provinsi Sumut Khoirul Muttaqien di Medan, Kamis.
Setelah perdagangan, Khoirul menyebut kredit UMKM terbanyak mengalir ke sektor pertanian yakni 26,08 persen yang terdiri dari perkebunan sawit dan pertanian padi.
Ia melanjutkan, pertumbuhan kredit UMKM mayoritas disokong pertumbuhan kredit usaha mikro yang memiliki "share outstanding" terhadap total kredit UMKM 50,51 persen, kemudian usaha kecil 28,02 persen dan menengah 21,47 persen.
Menurut Khoirul, dominasi usaha mikro sudah terjadi sejak tahun 2021 setelah sebelumnya dikuasai sektor menengah.
"Pergeseran tersebut dipengaruhi munculnya beragam jenis usaha perorangan dalam era kenormalan baru sehingga kredit yang disalurkan kepada kelompok mikro lebih besar dibandingkan kelompok lainnya," kata dia.
Untuk total kredit perbankan di Sumut secara keseluruhan sampai Mei 2024, OJK menyatakan bahwa nilainya Rp266,71 triliun, meningkat dibandingkan Mei 2023 (year on year/yoy) yaitu Rp248,66 triliun.
Porsi kredit tersebut didominasi kredit produktif yakni Rp186,06 triliun (69,76 persen) yang didorong kredit modal kerja 44,99 persen (tumbuh 7,85 persen yoy) dan kredit investasi 25,27 persen (tumbuh 0,48 persen yoy).
Dari sisi lapangan usaha, peningkatan kredit produktif kebanyakan karena pertumbuhan industri pengolahan 11,93 persen yoy. Kenaikan tertinggi pada industri pengolahan datang dari pengolahan minyak goreng yang tumbuh 22,50 persen.
"Sektor pengolahan tersebut menjadi sumber pertumbuhan kredit terbesar sampai Mei 2024," kata Khoirul.
Ia melanjutkan, kenaikan kredit di pengolahan minyak goreng ditopang permintaan domestik yang kuat, perbaikan kondisi pandemi, serta penerapan program hilirisasi industri kelapa sawit nasional, termasuk program bahan bakar biodiesel B35 dan B40 yang dilaksanakan pemerintah.
Sama seperti kredit produktif, kredit konsumtif juga naik sampai Mei 2024 yang mencapai Rp80,66 triliun (tumbuh 12,71 persen yoy).
"Pertumbuhan itu memperlihatkan peningkatan kepercayaan konsumen dan akses lebih baik ke layanan keuangan," tutur Khoirul.
Ia menyebut, pada periode yang sama, pertumbuhan kredit konsumtif didominasi kredit rumah tangga dan multiguna (tumbuh 12,67 persen yoy), kredit kepemilikan rumah tinggal (KPR) naik 10,60 persen yoy dan kredit kepemilikan bermotor (KKB) 17,43 persen yoy.
OJK menyatakan, kenaikan kredit konsumtif ikut disokong peningkatan konsumsi saat bulan Ramadhan dan peningkatan daya beli masyarakat, tampak dari kenaikan upah minimum provinsi (UMP) 3,67 persen pada tahun 2024.
Meski terjadi kenaikan kredit, OJK menegaskan bahwa kualitasnya tetap aman dengan rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) net sebesar 1,01 persen dan NPL gross sebesar 2,05 persen.
Kemudian, loan at risk (LaR) atau kredit berisiko juga mengalami perbaikan hingga mencapai 7,39 persen karena dampak berkurangnya jumlah kredit restrukturisasi.