Jakarta (ANTARA) - Direktur Keuangan PT PLN Nusantara Power Dwi Hartono mengatakan bahwa cuaca ekstrem akibat perubahan iklim sangat berdampak terhadap operasional perusahaan, misalnya kekeringan yang terjadi di Sulawesi Selatan tahun lalu mengurangi 75 persen kapasitas produksi PLTA.
“Tahun lalu di Sulawesi Selatan terjadi peristiwa bencana kekeringan yang cukup lama… Nah, itu berdampak kepada pengoperasian power plant kami yang PLTA, dari kapasitas 800 MW kemudian cuma bisa menghasilkan 200 MW, sekitar 75 persen kapasitas hilang,” kata Dwi Hartono di Jakarta, Rabu.
Agar tidak terjadi kekurangan supply, ia menuturkan bahwa pihaknya kemudian menambah produksi listrik dari pembangkit lain berbahan bakar BBM atau gas yang biaya operasionalnya lebih mahal.
Baca juga: PLN Sumut targetkan 29 SPKLU sampai September 2024
Sebagai perbandingan, ia mengatakan bahwa dengan PLTA, PLN dapat menghasilkan 1 KWH listrik dengan harga sekitar Rp600-Rp700.
“Sementara kalau kami menggunakan bahan bakar minyak, 1 KWH itu bisa sampai Rp2.500. Jadi bisa dihitung berapa KWH yang diproduksi di Sulawesi Selatan waktu itu yang harus kami cover dengan operasional ini,” ucap Dwi.