Medan (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara, mengatakan pabrik biometana jenis compressed natural gas (bio-CNG) dapat berkontribusi untuk mengembangkan ekonomi hijau di wilayah itu.
"Tentu, adanya pembangunan pabrik ini merupakan keuntungan bagi pemerintah Labusel karena menciptakan ekonomi hijau," ujar Wakil Bupati Labuhanbatu Selatan saat ini adalah Syahdian Purba Siboro di Labusel, Jumat.
Syahidian mengatakan selain menciptakan lapangan pekerjaan di wilayah setempat, juga memberikan kontribusi dalam menekan polusi pabrik kelapa sawit.
Lebih lanjut, khususnya menurunkan gas metana sehingga udara yang dihirup menjadi bersih yang berdampak kepada kesehatan masyarakat setempat.
"Pabrik itu juga menjadi sumbangsih pembangunan nasional dari Kabupaten Labuhanbatu Selatan terhadap pembangunan Indonesia yang tercipta untuk ketahanan energi dengan ramah lingkungan," kata dia.
Syahdian mengatakan sangat terbuka terhadap pengembangan perusahaan yang berbasis ekonomi hijau tersebut, dan bisa menjadi contoh terhadap perusahaan sawit lainnya di daerah itu.
Presiden Director & CEO KIS Group Raghunat mengatakan pabrik itu menghasilkan sebanyak 182.000 Million British Thermal Units (MMBtu) per tahun, dengan menangkap gas rumah kaca metana yang dihasilkan dari limbah cair pabrik kelapa sawit.
"Proyek ini akan mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 52.000 ton per tahun dan menciptakan 30 lapangan kerja hijau bagi masyarakat lokal," ucap dia.
Setelah keberhasilan pengoperasian proyek BioCNG Komersial pertama di Indonesia yang juga dibangun oleh PT KIS Biofuels Indonesia, proyek ini menjadi proyek kedua. Sementara itu, proyek ketiga saat ini sedang dalam tahap konstruksi dan direncanakan mulai berproduksi pada Desember 2025.
Lima proyek lainnya diperkirakan akan mulai dibangun pada tahun 2025 setelah seluruh perizinan diperoleh PT KIS Biofuels Indonesia berencana menyelesaikan seluruh 25 proyek BioCNG pada fase pertama hingga tahun 2027 dengan total investasi sebesar 125 juta dolar Amerika Serikat.