Medan (ANTARA) - Pemandangan pekarangan di kawasan Dusun V Damerejo, Desa Pasar VI Kwala Mencirim, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara terlihat berbeda.
Hampir semua halaman pekarangan rumah penduduk terlihat ditanami sayur-sayuran, bukan bunga-bunga seperti lazimnya.
"Yah, sekarang kami lebih memilih menanam sayur-sayur sejak Program PIK (Pekarangan Ibu Kreatif) diluncurkan Pabrik AQUA Langkat," ujar salah satu penduduk Desa Pasar VI Kwala Mencirim, Erni, awal Oktober 2023.
Erni, perempuan berumur 41 tahun itu pun dengan bangga menunjukkan sayur sawi dan kangkung yang masih tertanam di pekarangan rumahnya.
Sebagian tanaman itu bahkan tampak siap dipanen untuk dijual.
Dia pun dengan bangga menunjukkan tanaman sayur kangkung yang ditanamnya di bekas celana jeans dan digantung di dinding.
"Lucu kan? Menghasilkan juga lho, kalau tidak ada yang beli, yah bisa untuk dikonsumsi sendiri, jadi bisa hemat uang belanja," ujarnya.
Erni menuturkan, dia masuk anggota PIK sejak tahun 2021. Meski pada awalnya canggung menanam sayur di pekarangan, kini Erni mengaku jadi kecanduan.
Ditambah Tim AQUA Langkat melalui mitra pelaksana Yayasan Sources of Indonesia (SOI), katanya, terus memberikan bimbingan teknis tentang menanam, memupuk dan memanen sayuran itu dengan baik dan benar.
Awalnya para warga diberi modal atau dibelikan bibit sayuran dan bahkan diajak membuat pupuk organik.
Erni mengaku semakin kecanduan menanam sayur, karena sudah terbukti tanaman itu memberi tambahan pendapatan dari pekerjaannya sebagai tukang jahit, pangkas keliling dan buruh tani di ladang warga lainnya.
Erni mengaku pendapatan dari penjualan sayur-mayur memang tidak terlalu besar karena lahan pekarangan rumahnya hanya sekitar 3 x 3 meter.
"Tapi lumayanlah, hasilnya bisa dijual atau diolah untuk dimakan keluarga. Selama ini halaman tidak produktif," katanya.
Selain bisa mendapat pendapatan, ujar Erni, hasil sayur dari pekarangan juga bisa menghemat uang belanja. Ditambah lagi, pastinya, sayurannya sehat karena diproduksi secara organik.
Erni memang tidak asal bicara. Selain menjual secara langsung, ia juga menjual sayur itu melalui media sosial.
Facebook-nya dengan akun "Secawan Madu" hampir tiap hari terlihat memosting dan menawarkan hasil panennya.
Di postingannya pada 4 Oktober 2023, pukul 14.53 WIB, Erni menulis "Sawi sisa 1kg Igi,siapa mau berkabar ya....bayam dan kangkung silahkan pesan ya ibu²".
Erni pun tertawa lebar, saat ditanya soal kepandaiannya menjual sayur di FB dan soal nama FB-nya "Secawan Madu" itu.
"Saya tau dan bisa memanfaatkan FB sejak tim pembimbing dari AQUA Langkat mengenalkan dan mengajak ikut dalam PIK," katanya.
Nama "Secawan Madu" juga disarankan tim dan karena dinilai bagus, Erni mengaku menggunakan nama itu.
Banyak keberuntungan dari AQUA
Erni menuturkan, dirinya sudah banyak mendapat keberuntungan sejak kenal dengan AQUA dan programnya.
Kepandaian menjahitnya, misalnya, dia peroleh dari AQUA pada 2018.
"Sembilan bulan ikut kursus menjahit hingga saya menjadi tukang jahit sampai sekarang," katanya.
Dari hasil menjahit, Erni mengaku bisa menyekolahkan anaknya sendirian selama empat tahun, setelah berpisah dari suami pertamanya.
Meski akhirnya menikah lagi pada Maret 2023, Erni tetap menjalani profesinya sebagai penjahit dan aktif di PIK.
PIK menambah pendapatan
Masuk menjadi anggota PIK pada 2021 hingga sekarang, Erni juga mengaku menjadi ahli juga menanam dan merawat hingga menjual sayur-mayur.
"Berkat program peduli AQUA, saya bisa menghasilkan Rp800-ribuan per bulan dari menjadi penjahit. Kini pendapatan bertambah dari hasil jual sayur-mayur hampir setiap hari," katanya.
Kangkung dijualnya seharga Rp4.000 per ikat. Erni mengaku panen kangkung minimal 20 hari sekali. Sementara panen sawi sebulan sekali dengan harga jual Rp14.000 per kilogram.
Pendapatan Erni pun bertambah. Selain hasil dari pekarangannya, Erni juga mendapat bagian dari penjualan hasil panen kebun kelompoknya yang seluas 4 x 4 meter.
Di kebun kelompok, tanaman lebih bervariasi seperti bayam, selada, daun seledri dan cabai.
Erni menuturkan, harga jual sayur anggota PIK lebih mahal karena organik.
PIK dapat dukungan
Program PIK itu sendiri juga didukung para pria di desa itu dengan alasan para ibu bisa membantu keuangan rumah tangga sekaligus membuat kesehatan keluarga dengan asupan sayuran yang sehat.
"Senanglah ada Program PIK dan Pertanian Ramah Lingkungan AQUA Langkat, karena keluarga kami jadi lebih sejahtera," ujar Supriyanto.
Supriyanto (54) adalah Ketua Kelompok Tani Sehat yang juga dibentuk Tim AQUA Langkat bersama SOI menjadi kelompok tani yang mengelola pertanian secara ramah lingkungan.
Di Desa Pasar VI Kwala Mencirim, Kecamatan Sei Bingai, Langkat itu dibangun demplot areal tanaman sayur-sayuran.
Pengenalan program pertanian ramah lingkungan untuk masyarakat Desa Pasar VI Kwala Mencirim yang dilakukan pabrik AQUA Langkat bekerja sama dengan SOI sejak 2019 itu kini sudah berbuah manis.
Bukan hanya menghasilkan panen hasil pertanian yang banyak dan bagus yang akhirnya menambah pendapatan, kelompok tani itu bahkan sudah berhasil membuat pupuk cair dari limbah ternak.
Peduli lingkungan AQUA
Corporate Communications Manager Danone-AQUA Michael Liemena menyebutkan, AQUA berkomitmen peduli dengan lingkungan.
Alasan dia, AQUA berkomitmen menjalankan ekonomi berkelanjutan. Komitmen itu dijalankan dimana AQUA beroperasi dan di sekitarnya.
Dengan peduli pada lingkungan dan masyarakat di sekitar AQUA beroperasi, maka perusahaan diyakini bertumbuh kembang secara baik dan berkelanjutan.
Kegiatan perekonomian yang difokuskan pada kesejahteraan bersama atau yang menguntungkan bagi produsen (perusahaan), karyawan, konsumen, masyarakat dan menjaga lingkungan menjadi komitmen AQUA.
Michael Liemena menyebutkan, program PIK di Langkat, Sumut sangat diapresiasi.
"AQUA mengapresiasi antusiasme dan semangat para ibu di Langkat menjalankan program PIK," ujar pria yang hobi olahraga lari itu.
Menurut dia, mereka terlihat bukan hanya senang dapat menghasilkan sayur-sayuran sehat di pekarangan rumah sendiri, melainkan juga sangat bersyukur dapat memberikan makanan sehat untuk keluarga masing-masing.
"Kalau ibu-ibunya mengikuti PIK dan bapak-bapaknya ikut kegiatan pertanian ramah lingkungan yang juga dijalankan AQUA Langkat, tentunya pendapatan rumah tangga warga semakin besar," ujar Michael Liemena.
Stakeholder Relations Manager Pabrik AQUA Langkat Jimmi Simorangkir mengatakan, program PIK AQUA Langkat sudah dijalankan sejak 2019. Sejak saat itu hingga kini sudah ada 89 anggotanya.
Anggota PIK itu ada di dua desa, yakni Desa Pasar VI Kwala Mencirim dan Desa Namu Ukur Utara.
"Program PIK memang sudah digelar sejak 2019. Diawali dengan pelatihan bertanam, membuat pupuk organik, hingga cara panen dan menjualnya," katanya.
Tim pendamping bahkan mengajarkan berjualan secara online dengan memanfaatkan media sosial.
"Para ibu dilatih dulu, baru dibantu bibit dan pupuk organik yang dibuat secara berkelompok," kata Jimmy.
Pendampingan bagi anggota PIK bahkan terus dilakukan meski sebagian besar di antaranya sudah bisa mandiri dan berhasil dengan bisnis sayur-mayurnya.
Termasuk beberapa warga yang sudah berhasil menjadi penjahit usai dilatih yang masuk dalam Program Economy Development.
Tim pendamping AQUA Langkat, misalnya, terus mengingatkan dan mengajak anggota PIK berkumpul untuk membahas berbagai hal tentang tanaman sayur-mayur itu.
"Pada momen-momen tertentu seperti perayaan HUT RI, AQUA Langkat menggelar lomba. Tujuannya agar para ibu tetap semangat dan termotivasi untuk lebih kreatif dalam mengembangkan tanaman sayur-sayurannya," katanya.
Direktur Eksekutif SOI, Renta Morina E Nababan, menyebutkan, SOI mengedukasi, mendampingi, dan membentuk sebuah Kelompok Pertanian Pekarangan Ramah Lingkungan yang didominasi oleh kaum perempuan yang diberi nama Kelompok PIK.
Mulanya, kata dia, tim hanya mengajak ibu-ibu mengelola sampah rumah tangga menjadi eco enzyim yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pekarangan rumah mereka.
Selama perjalanan kelompok, hasil dari pekarangan rumah sendiri terbukti mampu membantu para ibu rumah tangga untuk menyediakan makanan yang lebih sehat di meja makan keluarga masing-masing.
Selain itu, ujar Renta Nababan yang akrab dipanggil Iren itu, sebagian dari hasil panen dijual untuk menambah pendapatan keluarga.
"Sangat bersyukur para ibu bersemangat bertanam dan mau diajari membuat pupuk," katanya.
Tim SOI juga mengajarkan para anggota PIK memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan penjualan.
External Relations Danone-AQUA Wilayah Sumatera, Wirnos, menyebutkan, program PIK dan pertanian ramah lingkungan menunjukkan komitmen Pabrik AQUA Langkat peduli dengan lingkungan khususnya di sekitar pabrik.
"Jadi bukan hanya sibuk menghasilkan air minum dalam kemasan berkualitas tinggi yang bermanfaat untuk kesehatan, namun juga menjalankan berbagai kegiatan yang membawa dampak positif untuk lingkungan sekitar dan sekaligus ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujar Wirnos.
Program PIK itu pun direncanakan akan terus dikembangkan di sekitar pabrik AQUA Langkat.
Bukan hanya untuk menambah pundi-pundi pendapatan warga, tetapi juga menjaga kesehatan warga dengan mengonsumsi makanan sehat serta membantu memulihkan kerusakan lahan akibat penggunaan pupuk kimia yang telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama.