"Spekulan menahan stok beras agar harganya tinggi atau memainkan isu terkait beras agar harganya tetap tinggi," tutur Ridho.
Sejauh ini, KPPU Kanwil I masih menganggap bahwa kenaikan harga beras di Sumut terjadi karena beberapa sebab seperti harga gabah dan produksi yang tinggi.
Pada Senin (2/10), Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (Sumut) menyatakan harga rata-rata gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) baik di tingkat petani maupun penggilingan di Sumut pada September 2023 naik hingga 1,42 persen secara bulanan (month to month).
"Kemudian untuk biaya produksi, kan, tidak semua petani mendapatkan pupuk bersubsidi. Jadi kenaikan harga pupuk nonsubsidi memengaruhi harga produksi mereka," kata Ridho.
Baca juga: Kepala BKKBN ajak masyarakat jadikan jagung sumber pangan alternatif
Sampai Selasa (3/10), harga beras di Sumatera Utara masih berada di atas harga eceran tertinggi (HET) pemerintah.
Dari data Badan Pangan Nasional, harga rata-rata beras medium di Sumut, Selasa (3/10), adalah Rp13.540 per kilogram, sementara HET-nya Rp11.500 per kilogram.
Harga rata-rata beras premium pada hari yang sama Rp14.660 per kilogram, lebih besar dari HET beras premium Rp14.400 per kilogram.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KPPU belum temukan spekulan beras di Sumut saat harga tinggi