Oleh karena itu, Dokter Koko mengajak masyarakat untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh tubuh, serta membatasi konsumsi makanan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang banyak.
"Kalori yang dibutuhkan oleh orang yang duduk di balik meja dengan yang bekerja di lapangan tentu berbeda kebutuhannya," ujar dia.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI Dante Saksono Harbuwono juga telah mengajak masyarakat untuk menjadi smart eater dengan cara memilah secara cerdas ragam makanan yang akan dikonsumsi guna mencegah dampak buruk obesitas.
"Yang diperlukan adalah mendidik masyarakat menjadi smart eater atau cerdas untuk makan. Jadi sebelum dia makan, sebelum beli makanan, dia baca dulu kalorinya berapa, sehingga bisa diperhitungkan dampaknya," kata Wamenkes Dante, Senin (24/7).
Ia mengatakan, indeks masa tubuh pada anak dapat dihitung dengan rumus membagi berat badan (dalam kilogram) dengan tinggi badan (dalam meter kuadrat) untuk mengetahui status gizi yang didapat.
"Kalau indeks masa tubuh dia lebih dari 25, disebut obesitas, kalau 25 sampai 30, dia obesitas 1, dan lebih dari 30 termasuk obesitas 2," katanya.
Sedangkan pada dewasa, kata Wamenkes Dante, hal terpenting adalah mengukur lingkar perut. Pada laki-laki tidak boleh lebih dari 90 sentimeter dan perempuan 80 sentimeter.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter: Akar diabetes adalah resistensi insulin