Kalaupun anak dinyatakan oleh kader posyandu atau puskesmas terindikasi stunting, ia meminta setiap orang tua tidak menganggapnya sebagai suatu hal yang tabu atau mempermalukan keluarga, hingga sang anak harus disembunyikan dari publik.
“Jangan denial (menolak). Di lapangan banyak orang tua bilang tidak apa-apa kalau anaknya pendek yang penting aktif. Sayangnya yang dilihat bukan aktifnya, tapi IQ-nya di masa depan. Jangan bilang takut memalukan keluarga, tapi kita harus menyelamatkan keluarga,” kata anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu.
Justru langkah awal yang harus orang tua lakukan setelah mengetahui kondisi sang anak adalah mengakuinya. Setelah itu segera temui dokter spesialis anak di rumah sakit terdekat untuk mendapatkan tata laksana sesuai dengan kondisinya.
Usai memberikan tata laksana, dokter spesialis anak akan menghitung kebutuhan kalori atau asupan protein sesuai takaran yang diperlukan tubuh anak. Para dokter juga mengukur kembali tinggi badan dan berat badan untuk memastikan perkembangan anak sesuai dengan usianya.
“Jadi tidak bisa dipukul rata bahwa pokoknya obati saja dengan Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). Itu tidak bisa karena harus dihitung berdasarkan (kebutuhan) setiap anak,” ujar Novitria yang bekerja di Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional itu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ahli: Riwayat gizi buruk orang tua belum tentu picu anak stunting