Lepas dari budaya patriarki, kehidupan masyarakat modern yang menuntut seorang ayah harus memenuhi banyak kebutuhan dalam keluarga, menyebabkan kualitas pertemuan kepala keluarga itu dengan anak menjadi berkurang. Seorang ayah pulang ke rumah dalam kondisi letih. Anaknya yang mendekat dan meminta perhatian hanya akan mendapatkan sikap marah.
Seorang ayah yang merasa sudah banting tulang mencari nafkah, kemudian pulang ke rumah, menuntut anak untuk memahami kondisinya. Justru sebaliknya, seharusnya orang tua yang harus memahami jiwa si anak yang memang sedang haus perhatian.
Dalam pola pengasuhan yang sehat, seharusnya orang tua mampu masuk ke dalam "gelembung jiwa" anak, bukan sebaliknya. Bagi seorang anak yang memang membutuhkan perhatian, sangat sulit memahami alasan seorang ayah yang mengaku lelah dan tidak mau "diganggu" oleh anaknya.
"Ayah, aku butuh perhatian dan kasih sayangmu, bukan hanya omongan dan uangnmu", begitu kira-kira rintihan jiwa si anak.