Masalah sosial yang ditunjukkan seseorang hakikatnya adalah ekspresi jiwa dari pelakunya yang mengalami masalah hubungan dengan orang tua, pada masa kecilnya, baik dengan ayah maupun ibu, atau dengan keduanya sekaligus.
Masalah hubungan anak dengan orang tua bukan sekadar orang tua itu ada atau tidak ada, melainkan pada kualitas kehadiran dari ayah atau si ibu. Keberadaan si ayah atau si ibu harus mampu mengisi tangki kasih sayang pada jiwa si anak.
Tangki kasih itu harus diisi dengan perhatian penuh sayang dari orang tua. Karena itu, seseorang anak yang tangki kasihnya kosong akan mencari kompensasi ketika si anak sudah besar, bahkan jika kekosongan itu parah akan terbawa hingga dia dewasa. Seseorang yang suka membuat masalah di masyarakat, sejatinya ingin mendapatkan perhatian dari orang lain, sebagai kompensasi atas perhatian jiwa yang tidak diperolehnya dengan maksimal di dalam keluarga pada masa kecil.
Jika tangki kasih pada anak tidak mampu dipenuhi orang tua atau malah justru diisi dengan energi negatif, maka jiwa si anak akan terus menghausi rasa kasih itu dengan berbagai ekspresi negatif, baik di rumah maupun di luar rumah. Pertengkaran antara ayah dengan ibu atau pola pendidikan yang hanya bersifat otoriter dan marah-marah dari orang tua, tidak akan pernah mampu mengisi tangki kasih dalam jiwa anak.