Selain itu, belum ada pula kasus COVID-19 yang berujung pada kematian setidak-tidaknya sekitar dua bulan terakhir.
"Di Sumut, kemarin, Rabu (26/4), kasus positif COVID-19 ada 25. Jadi dibandingkan dengan beberapa daerah yang lain, Sumut termasuk cukup baik pengendaliannya," kata Alwi.
Sedangkan terkait virus SARS-CoV-2 yang ada di Sumut, Alwi menyebut bahwa jenisnya masih didominasi Omicron tetapi bukan subvarian Arcturus.
Omicron yang ada di Sumut relatif tidak berbahaya, karena hanya menyebabkan gejala ringan sampai menengah seperti demam dan batuk.
"Meski penyebarannya cepat, angka kematian karena Omicron rendah. Gejalanya demam tetap ada, begitu pula batuk tetapi tidak berat," ujar Alwi.
Virus SARS-CoV-2 subvarian Omicron Arcturus atau XBB.1.16 sudah ditemukan menyebar di kurang lebih 20 negara di dunia termasuk Australia, India, Singapura, dan Indonesia.
Penyebaran subvarian tersebut diyakini lebih cepat dari subvarian Omicron sebelumnya. Namun, Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa penderita COVID-19 akibat Omicron Arcturus di Indonesia tidak menimbulkan gejala yang mengkhawatirkan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dinkes Sumut: Tiada Arcturus dan lonjakan kasus COVID-19 usai Lebaran
Dinkes Sumut: Tidak ada Arcturus dan lonjakan COVID-19 usai Lebaran
Jumat, 28 April 2023 5:51 WIB 2401