Medan (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Sumatera Utara(Sulut) mengalami deflasi 0,31 persen pada Maret 2023, secara bulanan (month to month), sama halnya dengan Februari 2023 yang juga terjadi deflasi bulanan 0,31 persen.
"Sementara di Indonesia tercatat inflasi 0,18 persen 'month to month' pada Maret 2023. Itu artinya pengendalian inflasi pada Maret (di Sumut-red), lebih baik dan signifikan karena mampu menekan harga," ujar Kepala BPS Provinsi Sumatera Utara Nurul Hasanudin dalam pemaparan daring yang diikuti di Medan, Senin.
Bahan pokok konsumsi yang menyumbang deflasi di Sumut yakni cabai merah (-0,10 persen), telur ayam ras (0,04 persen), cabai rawit (-0,03 persen), minyak goreng (-0,03 persen) dan bawang merah (-0,03 persen).
Meski demikian, Nurul juga mengingatkan potensi terjadinya inflasi pada April 2023 seiring dengan mendekatnya Hari Raya Idul Fitri.
Dia mengambil contoh pada tahun 2019, bukan 2020-2022 karena masih ada pengaruh pandemi COVID-19, tepatnya bulan Juni ketika Lebaran, di mana Sumut mengalami inflasi 1,63 persen.
"Jadi kita masih perlu waspada karena bulan April 2023 memiliki hari puasa lebih banyak dan berpotensi berdampak pada kenaikan harga. Artinya, harus terus memerhatikan pengendalian inflasi. Jangan karena deflasi lantas pengendalian inflasi terhenti," kata Nurul.
Akan tetapi, kalau ditinjau secara tahun ke tahun (year on year), Sumut mencatatkan inflasi 4,80 persen dengan komoditas yang paling berpengaruh adalah kenaikan harga BBM, beras, angkutan udara, rokok kretek dan filter serta angkutan dalam kota."Nilai inflasi Sumut 'year on year' pada Maret 2023 lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (4,97 persen-red). Itu menunjukkan perbaikan karena sebelumnya inflasi kita berada di atas nasional. Ini keberhasilan yang baik," tutur Nurul.
Di Sumatera Utara, kota yang memiliki deflasi tertinggi pada Maret 2023 yaitu Gunungsitoli (-0,91 persen), diikuti Sibolga (-0,66 persen) dan Medan serta Pematangsiantar (masing-masing -0,30 persen).
Untuk inflasi "year on year" Maret 2023, Padang Sidempuan menorehkan angka tertinggi yakni 5,37 persen, diikuti Sibolga 5,23 persen dan Pematangsiantar 4,81 persen.
"Ini 'early warning' karena target pengendalian inflasi kami adalah tiga persen plus minus satu persen," ujar Nurul.