Hutan mangrove yang mempengaruhi ekosistem pesisir pantai, laut, hingga daratan dengan panjang garis pantai 200 kilometer, merupakan hutan yang tumbuh di air payau. Dipengaruhi oleh pasang surut air laut memiliki fungsi yang erat bagi kehidupan antara alam dan masyarakat.
30 tahun silam kekayaan alam hutan bakau Rhizophora, yang berada di Desa Aek Garut, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, memiliki daya tarik tersendiri, yang mampu menarik pusat perhatian wisatawan luar Negeri. sehingga Negara Jepang saat melakukan konservasi pada tahun 1978 ke Tapanuli Tengah, mengakui keindahan pesona alam Tapteng salah satu Kota terindah di dunia (The most beautiful city in the world) dengan keindahan alam dan segala fasilatas alam yang ada.
Uniknya, hutan bakau Desa aek garut pada tahun 1996 menjadi salah satu penghasil jeruk manis di Provinsi Sumatera Utara yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di Tapanuli Tengah. Namun hanya bertahan kurang lebih selama lima tahun.
Tangisan hutan bakau yang tidak dapat terlihat dan didengar saat itu, seolah diabaikan begitu saja oleh manusia. Saat ini suara isak tangis alam itu perlahan mulai dirasakan dengan hasil alam yang semakin hari, semakin berkurang.
Dengan adanya setuhan dan perhatian PTAR Martabe Tambang Emas Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Habitat pohon mangrove di hamparan pesisir Kabupaten Tapanuli Tengah. Dari jutaan ribu habitat mangrove yang tersisa pada 30 tahun silam saat ini kembali memiliki roh. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan dari hasil penelitian Dinas Kelautan Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2019 bersama dengan Universitas Sumatera Utara dan Universitas Sari Mutiara.
Di lokasi pengambilan data pada 26 titik pengamatan yang terdiri dari titik 1-15 di Pulau Mursala dan sekitarnya di titik 16-27 di Teluk Tapian Nauli, ditemukan 17 spesies mangrove dari 9 famili yang hidup di hutan mangrove Kabupaten Tapanuli Tengah. Jenis mangrove tersebut terdiri dari 14 mangrove sejati dan 3 mangrove ikutan yaitu pandan (P. tectorius), waru laut (Thespesia Populnea), dan ketapang (Terminalia catappa).
Analisis nilai penting jenis mangrove di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD)Taman Pulau Kecil Tapanuli Tengah, bahwasanya Rizophora, Xilocarpus, dan Bruguiera memiliki pengaruh dan peran yang besar di Tapanuli Tengah.
Melihat potensi hutan bakau yang berada di Wilayah Pesisir Tapanuli Tengah. PT Agincourt Resources, Tambang Emas Martabe, turut berperan serta mengembalikan hubungan berkelanjutan antara alam dengan masyarakat dengan harapan pertumbuhan ekonomi di Tapanuli Tengah dapat meningkat.
Fungsi mangrove yang tidak disadari oleh manusia jika tidak diselamatkan hari ini maka hari esok tidak akan ditemukan lagi hutan bakau yang saat ini hampir punah.
Sore itu, sembari melepas rasa lelah usai menanam 30 ribu bibit mangrove yang diberikan oleh PTAR Martabe, kepada kelompok petani hutan mandiri dengan raut wajah yang terbakar sinar matahari pria yang dulunya menjadi salah satu duta mangrove Tapanuli Tengah, saat ditemui terlihat mehela napas sembari tersenyum melihat ribuan bibit mangrove seperti menari di dasar lumpur air payau.
"Tarian bibit mangrove selaras dengan suara alam. Saya merasa seolah berbisik menyampaikain 1000 harapan baru untuk kelangsungan hidup antara masyarakat dan ekosistem hutan mangrove," kata kasaman
Menurutnya, langkah awal yang telah dilakukan oleh PTAR Martabe menyelamatkan bumi dari 10 persen yang telah tercemar berbagi jenis racun dan pestisida,salah satu langkah tepat dan baik untuk kembali selamatkan kulkas dunia yang telah dirusak oleh manusia sendiri.
"Kita beranggapan bahwasanya aktivitas pertambangan di Indonesia masih kerap mendapat stigma negatif dikalangan masyarakat, Namun, hal itu terbantahkan dengan berbagai aktivitas penyelamatan lingkungan yang telah dilakukan oleh PTAR Martabe. Mereka yang wilayah operasionalnya tidak berdekatan dengan pantai menyadari bahwa hutan mangrove merupakan sumber penjaga ekosistem perairan antara darat, pantai, dan laut dengan fungsi biologis, fisik, dan ekonomi yang besar bagi keberlangsungan hidup," ujarnya.
Lanjutnya, dengan adanya bukti nyata yang berkelanjutan dilakukan oleh PT Agincourt Resources, Tambang Emas Martabe, bersama dengan kelompok petani hutan mandiri telah mampu menyelamatkan ekosistem mangrove di Desa Aek Garut.
Kegiatan ini tentu akan dapat menciptakan peluang pertumbuhan ekonomi. Saat ini lingkungan dan masyarakat telah merasakan hubungan yang baik bersama PTAR Martabe.
"Sebahagian besar masyarakat kerap beropini kegiatan PTAR Martabe yang terus menggali sumber daya alam telah merusak lingkungan, bahkan tidak sedikit juga masyarakat beranggapan kegiatan pertabangan menghambat pertumbuhan ekonomi. Hal itu dapat terbantahakan, dengan berbagai aksi pelestarian lingkungan yang terus digenjot oleh PTAR Martabe." ucapnya.
Jika nantinya hubungan yang berkelanjutan ini dapat terjaga. Sambungnya, tentu akan dapat kembali mengukir sejarah pada 30 tahun silam, yang pernah menjadi salah satu kabupaten penghasil jeruk manis di Provinsi Sumatera Utara.
"Dulu di hutan mangrove ini hasil alamnya sangat berlimpah, ikan, kepeting, udang dan sejeni lainya hidup berdapingan dengan masyarakat, bahkan Negara Jepang yang saat melakukan konversasi pada tahun1978 mengakui salah satu Kota terindah di Dunia.Saya yakin jika Pemerintah dapat melihat potensi ini, tentu hutan mangrove ini dapat dijadikan tempat ekowisata. Maka langkah awal yang dilakukan oleh PTAR Martabe dapat diapresiasi, sebagai bentuk upaya menggali potensi ekonomi di hutan mangrove Tapteng,'' ungkapnya.
Abdul Rahman Sibuea Ketua kelompok Petani hutan mandiri Tapanuli Tengah, sembari memberikan arahan kepada anggotanya saat ditemui, Senin (28/02) sore mengatakan, menyelamatkan habitat mangrove sama saja menyelamatkan Dunia.
"Jujur saja kami mengucapkan terimakasih kepada PTAR Martabe, yang tadinya anggota kita ibu-ibu ini hanya dirumah saja, saat ini dapat membantu menopang perekonomian mereka dengan menanam bibit mangrove yang diberikan ole PTAR," katanya.
Lanjutnya, Area penanaman mangrove tidak hanya sebatas di desa Aek Garut, namun juga mencakup daerah-daerah di Tapanuli Tengah, seperti Kelurahan Kalangan, Kelurahan Kalangan Indah, dan Desa Aek Sitio-tio. Bibit yang disiapkan adalah bibit lokal jenis rhizophora berusia 4-6 bulan di persemaian dengan tinggi bibit 50-80 sentimeter.Jarak tanam bibit 1×3 meter, tergantung batas air laut surut, penanaman direncanakan selama 2-3 bulan, sedangkan durasi pemeliharaan 2 tahun dan dapat diperpanjang.
Penanaman mangrove ini sejalan dengan Nationally Determined Contribution (NDC) yang memuat komitmen Negara untuk menetapkan target pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia.Salah satunya, dengan cara merehabilitasi dan konservasi ekosistem mangrove. Pembentukan ekosistem mangrove sendiri sebagai salah satu penopang ekosistem wilayah pesisir dan penting bagi keanekaragaman hayati.
"Kami berharap potensi di hutan mangrove yang seluas 10.000 hektar mencakup dua kelurahan dan dua desa ini dapat terus berkelanjutan bersama denga PTAR Martabe, saya juga yakin jika Pemerintah dapat melihat potensi ini, tentu akan dapat menumbuhkan perekonomian dengan memperdayakan masyarakat dan potesi alam,"ucapnya.
Dilokasi yang sama, bibit mangrove yang telah ditanam oleh ibu-ibu, tumbuh dengan sehat, harapan besar itu terpancar dari raut wanita-wanita hebat itu, saat dihampiri mereka memancarkan senyuman indah.
Meski pun, wajah mereka terbakar oleh terik matahari dan seluruh tubuh yang basah seolah tidak dirasakan dengan semangatnya mereka perlahan menanam satu persatu dari 30 ribu bibit mangrove yang diberikan oleh PTAR Martabe.
"Alhamdulillah dengan adanya kegiatan ini dapat membantu menopang ekonomi di rumah, tidak cukup sampai disitu saja kami juga berharap bibit mangrove dapat tumbuh dengan baik, sehingga kedepanya hubungan yang berkelanjutan dapat kita rasakan," ucapnya.
Hubungan berkelanjutan antara masyarakat dan lingkungan yang terus digenjot oleh PT Agincourt Resource merupakan bentuk komitmennya untuk melestarikan lingkungan hidup.
Sebagai bagian dari Grup Astra. PTAR Martabe yang telah memasuki usia13 tahun yang dikelola dan dioperasikan oleh PT Agincourt Resources dengan luas wilayah tambang mencakup area 30 kilometer yang berada dalam Kontrak Karya (KK) generasi keenam dengan total luas wilayah 1.303 kilometer terletak di sisi barat pulau Sumatra, tepatnya di Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Mulai berproduksi penuh pada 24 Juli 2012 dan memiliki basis sumber daya 6,5 juta ounce emas dan 64 juta ounce perak.
Sementara itu, pada 30 Juni 2022 dengan kapasitas operasi lebih dari 7 juta ton bijih per tahun untuk memproduksi lebih dari 200.000 ounce emas dan 1-2 juta ounce perak per tahun, PTAR Martabe terus melakukan sentuhan dengan masyarakat dan lingkungan.
Lewat berbagai program PTAR Martabe hubungan berkelanjutan antara masyarakat dan lingkungan telah dirasakan oleh masayarakat yang telah berhasil menyukseskan berbagai kegiatan, seperti operasi katarak yang sudah terhitung delapan kali melukan operasi katarak gratis sejak tahun 2011 sampai dengan 23 November 2022, yang telah berhasil mengoperasi 8.118 mata dari 7.131 orang.
"Ngahula hami do bang pambahenan par Tambang mas i, alana adong operasi katarak gratis san tambang mas Martabe oppung gabe boi mambereng. (Sudah kami rasakanya bang perbuatan PTAR Tambang Emas Martabe, lewat operasi katarak gratis nenek jadi dapat melihat). Terimakasi PTAR Martabe, semoga terus melakukan sentuhan dengan masyarakat," kata rika salah satu cucu nenek boru Regar saat di temui di Batang Toru, Senin, (27/02).
Tidak hanya sampai disitu saja, untuk menjaga hubungan yang berkelanjutan PTAR Martabe kembali menyisir perairan pantai Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Dengan menanam 30.000 bibit mangrove di lahan seluas 10.000 hektar dan melepas puluhan ribu bibit kerang, lewat kolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama dengan Kelompok Petani Hutan Mandiri Tapteng, pada peringatan hari lahan basah sedunia pada 2 Februari 2023 lalu, dengan tema "Dari Hati Untuk Bumi" PTAR Martabe sukses melakukan pelestarian hutan mangrove.
Pada November 2022 PTAR Martabe juga telah berhasil menanam 1.000 bibit pohon produktif untuk menekan risiko luapan Sungai Garoga yang mengaliri Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan.Jenis pohon yang ditanam pun dapat dimanfaatkan warga, seperti durian, alpukat, mangga, dan trembesi.
Pada Juni 2022, PTAR Martabe, kembali melakukan kegiatan penanaman 200 bibit pohon di SMKN 2 Pertambangan Batangtoru yang diiringi penyerahan 1.200 bibit pohon ke masyarakat sekitar area tambang di Batangtoru dan Muara Batangtoru.
Terhitung sejak 2012, total bibit pohon yang sudah ditanam di banyak titik di dalam dan di luar area Tambang Emas Martabe mencapai lebih dari 41.000 bibit pohon yang telah berhasil memproduksi oksigen sekitar 18 juta kilogram per tahun dan penyerapan gas karbon sekitar 1 juta ton per tahun.Sehingga medapatkan apresiasi dari berbagai kalangan masyarakat.
Direktur Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut (PPKPL) Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan, Dasrul Chaniago, memberika apresiasi yang sangat luar biasa kepada PTAR Martabe.
Pembentukan ekosistem mangrove menjadi penting dilakukan mengingat Indonesia yang merupakan Negara kedua dengan garis pantai terpanjang di Dunia yang rentan terhadap perubahan iklim. Berdasarkan Peta Mangrove Nasional tahun 2021 dengan luas eksisting mangrove di Indonesia mencapai sekitar 3,3 juta hektar.
“Kami sangat mengapresiasi kegiatan-kegiatan penyelamatan lingkungan yang telah dilkukan oleh PTAR Martabe salah satunya aksi tanam mangrove, semoga bukan menjadi yang terakhir. Besar harapan kigiatan ini terus dilakukan dengan menciptakan inovasi lainnya tentang perlindungan pesisir laut,” kata Dasrul saat menyampaikan sambutan pada 2 Februari 2023 lalu.
Sementara itu, Kepala BBKSDA Sumatra Utara, Rudianto Saragih Napitu, juga menyampaikan apresiasi ke pada PTAR Martabe. Aksi tanam mangrove merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan, kesejahteraan masyarakat, dan keberlangsungan hidup.
“Kami memberikan apresiasi kepada para petani, juga kepada PTARA Martabe yang peduli terhadap lingkungan hidup termasuk keanekaragaman hayati. Semogah hubungan berkelanjutan ataran lingkungan dan masyarakat dapat terus terjaga," ucapnya.
Dikesmpatan itu juga, Wakil Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Ruli Tanio, yang berkesempatan turut serta melakukan sentuhan dengan alam dan masyarakat, usai melakukan berbagai rangkaian kegitaan pelestarian lingkungan pada kesempatan " Hari Lahan Basah Sedunia" mengatakan.
Penanaman mangrove ini, merupakan kontribusi PTAR dalam membentuk ekosistem wilayah pesisir di Tapanuli Tengah. Kabupaten yang membentang di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 200 kilometer. Ekosistem mangrove sebagai salah satu penopang ekosistem wilayah pesisir diharapkan dapat menjadi area mencari makan, memijah, dan berkembangbiak berbagai jenis ikan dan udang, sekaligus habitat alami berbagai jenis fauna.
"Kami juga berharap aksi tanam mangrove "Dari Hati Untuk Bumi' dapat membuka peluang meningkatkan perekonomian masyarakat setempat lewat ekowisata hutan mangrove yang berwawasan lingkungan dengan berlandaskan pada aspek konservasi alam serta pemberdayaan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat lokal," kata ruli
Menurutnya, saat ini penting membentuk ekosistem mangrove sebagai salah satu ekosistem pendukung kehidupan yang fungsi dan manfaatnya beranekaragam bagi masyarakat sekitar kawasan, salah satunya meningkatkan peluang perekonomian masyarakat Tapanuli Tengah yang sebagian bekerja sebagai nelayan tradisonal.
"Kami perusahaan tambang yang area operasionalnya tidak berdekatan dengan pantai. Namun, kami sadar bahwa hutan mangrove merupakan sumber penjaga ekosistem perairan antara darat, pantai, dan laut dengan fungsi biologis, fisik, dan ekonomi yang besar bagi keberlangsungan hidup. Hal ini sejalan dengan Kebijakan Keberlanjutan kami," ujarnya.
Sebagai bagian dari Grup Astra, sambungya, upaya PTAR Martabe menggelar aksi tanam mangrove bertujuan mendukung Astra 2030 Sustainability Aspirations yang menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca Grup Astra Scope 1 dan 2 sebesar 30%.
"Hal ini sejalan dengan Nationally Determined Contribution (NDC) yang memuat komitmen Negara menetapkan target pengurangan emisi di Indonesia, salah satunya dengan cara membangun ekosistem mangrove. Dalam aksi tanam mangrove “Dari Hati Untuk Bumi." Dengan harapan hubungan yang berkelanjutan ini dapat terus terjaga," pungkasnya.