Tapanuli Selatan (ANTARA) - Kematian Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) bernama "Citra Kartini" (betina) sekitar 1,5 bulan setelah di lepasliarkan ke Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Jambi, membawa duka bagi pegiat konservasi dan satwa Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel).
Betapa tidak, karena "Citra Kartini" yang berusia sekitar 3,5 tahun di lepasliarkan bersamaan dengan harimau bernama "Surya Manggala" (jantan) pada 6 Juni dan 7 Juni 2022 lalu ke TNKS berasal dari sanctuary harimau Barumun di Sumatera Utara.
"Kepergian Citra Kartini, sontak membuat kita pegiat terkejut bercampur sedih," kata Hendra Hasibuan pegiat konservasi dan satwa Tabagsel kepada ANTARA, Sabtu (23/7) malam.
Menurut Hendra juga Ketua DPW Sarekat Hijau Indonesia (SHI) Sumut ini bahwa kejadian harimau mati sebenarnya sudah berulang kali terjadi sampai saat ini.
"Ini membuktikan bahwa lemahnya pengawasan dan penjagaan terhadap satwa yang dilindungi tersebut, dan di sayangkan," ujarnya miris.
Sementara harimau sumatera merupakan satwa (abad 20) terakhir yang sekarang dimiliki.
"Jika insiden (kematian) terus terjadi setiap tahun atau setiap bulan, lama-lama Harimau Sumatera ke depan akan punah (tinggal sejarah/cerita ke anak cucu) sebagaimana terjadi dengan harimau jawa," sebutnya.
Belajar dari insiden ini, Hendra mendorong semua pihak agar selalu menjaga dan melestarikan habitat dan ekosistem harimau sumatera, termasuk memberikan edukasi kepada semua orang.
"Sudah saatnya pemerintah memfasilitasi membentuk tim atau satuan tugas pencegahan kejahatan khususnya terhadap satwa langka seperti harimau sumatera tersebut," kata Hendra menyarankan.
Menurut dia, saatnya pemerintah sudah mulai memikirkan tindakan nyata agar kasus-kasus seperti di alami "Citra Kartini" tidak terulang. Seperti melibatkan unsur LSM/NGO, private sektor, pers, masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan lainnya.
"Pun demikian kematian citra kartini yang dilepasliarkan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut bekerjasama Balai Besar TNKS itu harus di usut mengapa itu bisa terjadi," tegasnya.
Diketahui setelah pelepasliaran Harimau "Citra Kartini" yang sudah dipasangi GPS Collar pada 16 - 17 Juli 2022 terpantau tidak ada pergerakan dan ditemukan mati dalam kondisi peradangan sejumlah organ.