Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Riset Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyiapkan sebanyak 10.000 mahasiswa untuk menjadi peneliti pada pusat penelitian di bawah Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).
“Sejumlah langkah yang dilakukan untuk penguatan riset, di antaranya memanfaatkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dalam penguatan riset dan memanfaatkan riset sebagai langkah penelitian dalam membangun desa," ujar Plt Dirjen Diktiristek Kemendikbudristek, Prof Nizam, dalam peluncuran Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2022 yang dipantau di Jakarta, Senin (13/12).
Targetnya adalah pada 2022 ada 10.000 mahasiswa menjadi peneliti, bekerja sama dengan BRIN. Mereka akan meneliti pada pusat-pusat riset yang ada.
Baca juga: Kemendikbud Ristek tampung masukan dari Pemkot Medan
Dia menambahkan pihaknya melakukan harmonisasi talenta inovasi masa depan melalui MBKM. Para mahasiswa dapat menjadi asisten peneliti dan nantinya dikonversikan dengan SKS di perguruan tinggi. Infrastruktur riset yang ada di Tanah Air juga terbuka bagi perguruan tinggi untuk melakukan penelitian.
“Laboratorium, peralatan, dan fasilitas riset baik yang ada di LIPI, Puspiptek, BPPT dan lain sebagainya, terbuka bagi perguruan tinggi untuk melakukan penelitian,” terang dia.
Langkah penguatan riset lainnya yakni melalui program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Program tersebut merupakan program percepatan doktor di Tanah Air. Melalui program tersebut, diharapkan lahir sejumlah riset yang bermanfaat bagi masyarakat.
Baca juga: Kemendikbud percayakan UISU sebagai pelaksana Pendidikan Profesi Guru
Selanjutnya, mendorong magister dan doktor melalui riset. Untuk menyiapkan peneliti muda, dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi unggul.
Kemendikbudristek juga memiliki program postdoktoral baik di luar negeri maupun dalam negeri, serta para profesional dari industri untuk bisa melakukan pendampingan dan bermitra dengan perguruan tinggi.
“Juga ada program Profesor Kelas Dunia (WCP), yang mana pada tahun ini kita menerima sekitar 70 hingga 100 profesor. Dengan demikian diharapkan kualitas riset dan publikasi di masyarakat,” tambah dia.
Nizam menambahkan kementerian juga membangun inovasi di masyarakat melalui program matching fund di antaranya melalui Kedai Reka. Diharapkan hasil penelitian yang ada di perguruan tinggi dapat menjadi mata air yang dapat bermanfaat bagi masyarakat bangsa dan negara.