Jakarta (ANTARA) - Menjaga tumbuh kembang anak sangat penting untuk mencegah stunting, masalah kurang gizi kronis yang berakibat pada terganggunya pertumbuhan anak.
Stunting merupakan kondisi ketika balita memiliki tinggi badan di bawah rata-rata yang disebabkan oleh pemberian asupan gizi yang tidak adekuat dalam waktu yang panjang, tidak sesuai dengan kebutuhan.
UNICEF mendefinisikan stunting sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi badan di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis). Hal ini diukur dengan menggunakan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh WHO. Selain mengalami pertumbuhan terhambat, stunting juga seringkali dikaitkan dengan penyebab perkembangan otak yang tidak maksimal.
Baca juga: Google ajak pengguna peduli dengan "kesehatan digital"
Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.
Stunting bisa terjadi jauh sebelum kelahiran di mana stunting bisa terjadi sebagai produk yang dihasilkan dari kehamilan ketika ibu hamil tidak memperhatikan asupan nutrsi pada masa kehamilannya.
Oleh sebab itu, prekonsepsi sangat perlu diperhatikan di mana calon ibu sebaiknya rajin mengkonsumsi asam folat, memeriksakan jumlah hemoglobin hingga mengkonsumsi penambah darah.
Dokter Anak Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolis RSUP Fatmawati, Dr. dr. Lanny C. Gultom, Sp.A(K) mengatakan ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting pada anak, meski sudah dideteksi terdapat gejala.
Selain mencukupi asupan nutrisi anak, stunting juga bisa dicegah dengan memperhatikan pola tidur anak hingga memberikan stimulasi berupa aktivitas fisik.
"Stunting masih bisa diatasi atau dikoreksi pada seribu hari kehidupan pertama. Sehingga ketika bayi lahir sampai 2 tahun ini masih bisa dilakukan modifikasi, intervensi supaya tidak bisa menjadi stunting," kata dr Lanny dalam webinar peluncuran PediaSure New Formula dengan Arginin dan Vitamin K2 pada Kamis.
Dalam hal pola tidur, dr Lanny mengatakan menjaga pola tidur anak sangatlah penting.
Pasalnya, anak akan terhambat memproduksi hormon pertumbuhan yang berperan dalam meningkatkan tinggi badan anak jika mereka tidur terlalu larut malam.
"Saat anak tidur, maka hormon pertumbuhan atau human growth hormone (Hgh) akan bekerja, hormon hanya bekerja pada pukul sekitar pukul 00.00 sampai pukul 02.00, dan ketika anak sudah memasuki fase tidur dalam," katanya.
Merujuk pada itu, anak-anak sebaiknya sudah mulai tidur sejak jam 8 karena butuh proses yang lama untuk menuju fase deep sleep alias tidur dalam. Hgh juga menyebabkan pertumbuhan seluruh jaringan tubuh, menambah ukuran sel hingga merangsang pertumbuhan tulang pada anak.
Selain itu, aktif bergerak juga akan membantu mengoptimalkan pertumbuhan anak-anak, oleh sebab itu, anak-anak harus dibiasakan aktif terutama di masa-masa emas pertumbuhannya.
Awal tahun 2021, Pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting turun menjadi 19 persen pada 2024 dari yang saat ini 30,8 persen (Riskesdas 2018).
Upaya tersebut harus dilakukan dengan semaksimal mungkin dengan intervensi gizi spesifik. Tidak main-main, Dalam RAPBN 2020, Kemenkes mendapatkan alokasi anggaran Rp57,4 triliun. Salah satu yang menjadi fokus pembenahan Kemenkes dalam penggunaan anggaran 2020 tersebut adalah menurunkan stunting.
Untuk mewujudkan target tersebut, Kementerian kesehatan telah menyusun strategi nasional dalam menurunkan stunting,antara lain dengan intervensi gizi spesifik atau langsung menyasar anak yakni untuk anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Upaya yang dilakukan di antaranya pemberian obat atau makanan untuk ibu hamil atau bayi berusia 0-23 bulan. Juga intervensi gizi sensitif yang dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan, antara lain, penyediaan air bersih atau sanitasi, pendidikan gizi, dan ketahanan pangan dan gizi.
Inisiatif Abbot
Hari ini Abbott mengumumkan peluncuran solusi nutrisi anak PediaSure dengan formula baru yang mengandung Arginin dan Vitamin K2.
Peluncuran tersebut menggarisbawahi komitmen Abbott dalam mendukung pertumbuhan nyata dan mengoptimalkan potensi pertumbuhan anak-anak Indonesia.
"Arginin adalah asam amino penting yang memainkan peran dalam pertumbuhan tinggi badan. Arginin memicu multiplikasi sel pada lempeng pertumbuhan tulang untuk membantu tulang tumbuh lebih panjang," kata Medical Director for Abbott Nutrition Business in Pacific Asia, Dr. Jose Dimaano Jr.
Riset Abbot menemukan bahwa anak-anak dengan stunting memiliki level Arginin yang lebih rendah dalam darahnya jika dibandingkan dengan anak-anak biasa, dan asupan Arginin yang rendah diasosiasikan dengan pertumbuhan tinggi badan yang lebih lambat.
"Sedangkan Vitamin K2 adalah nutrisi penting yang membantu menyalurkan dan mengikat kalsium ke tulang dan pada akhirnya memicu pertumbuhan tulang yang kuat," katanya.
Untuk membantu mengatasi berbagai masalah pertumbuhan di Indonesia, Abbott menyediakan berbagai sumber informasi dan penunjang bagi para orang tua, guru, dan penyedia jasa kesehatan, di antaranya GrowthPedia yakni alat pengukur tinggi badan dengan saran nutrisi online yang bertujuan untuk membantu orang tua dalam mengidentifikasi resiko masalah pertumbuhan pada anak dan mendorong intervensi nutrisi sejak dini.
Selain itu, ada pula rangkaian webinar mengenai nutrisi dan pertumbuhan yang bertujuan untuk mengedukasi lebih dari 10 ribu orang tua dan guru sekolah hingga akhir tahun 2021, serta menyediakan alat ukur dan informasi untuk membantu anak-anak mencapai potensi pertumbuhan mereka.
Adapula pelatihan online bagi tenaga kesehatan – Pelatihan bagi para kader kesehatan, bidan, serta tenaga medis lainnya untuk dapat mengenali tanda-tanda malnutrisi dan melakukan tindakan intervensi melalui nutrisi dan pemantauan yang cukup dan teratur.
Tidur cukup hingga jaga aktivitas fisik agar anak tumbuh optimal
Kamis, 14 Oktober 2021 14:44 WIB 1062