New York (ANTARA) - Wall Street menguat pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), dengan Indeks Nasdaq melonjak lebih dari satu persen karena penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS membantu mengangkat saham-saham mahal di sektor-sektor seperti teknologi saat investor berupaya mengukur lintasan inflasi.
Indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 186,14 poin atau 0,54 persen, menjadi menetap di 34.393,98 poin. Indeks S&P 500 terangkat 41,19 poin atau 0,99 persen, menjadi ditutup pada 4.197,05 poin. Indeks Komposit Nasdaq melonjak 190,18 poin atau 1,41 persen, menjadi berakhir di 13.661,17 poin.
Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan layanan komunikasi dan teknologi masing-masing terdongkrak 1,84 persen dan 1,76 persen, memimpin kenaikan. Sementara itu, sektor utilitas tergelincir 0,2 persen, satu-satunya kelompok yang merugi.
Saham-saham raksasa teknologi AS, atau yang disebut grup FAANG terdiri dari Facebook, Apple, Amazon, Netflix, dan induk-Google Alphabet, semuanya ditutup lebih tinggi. Penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun mencapai level terendah dalam dua minggu, juga mendukung saham-saham pertumbuhan bernilai tinggi lainnya.
Kekhawatiran inflasi untuk sementara waktu mereda karena investor mungkin mulai melihat rancangan undang-undang infrastruktur Presiden Joe Biden cenderung lebih kecil, atau tidak dapat memberikan dorongan ekonomi sebesar itu, bahkan setelah dikurangi ukurannya pada Jumat (21/5/2021).
Kepala Investasi, Glenview Trust Co, Bill Stone, di Louisville, Kentucky, mengatakan saham-saham pertumbuhan juga meningkat pada Senin (24/5/2021) karena penurunan imbal hasil obligasi.
“Tampaknya kenaikan berkelanjutan dalam rotasi kembali ke (saham-saham) pertumbuhan, sektor dengan kinerja terbaik saat ini adalah semua saham pertumbuhan. Ini adalah tarik ulur yang berkelanjutan,” katanya.
Raksasa teknologi Apple naik 1,33 persen dan Microsoft, melonjak 2,29 persen pada hari itu, adalah pendorong terbesar untuk indeks S&P. Sektor ini berada di antara yang berkinerja terburuk untuk bulan dan tahun ini karena kekhawatiran inflasi telah meningkat dan imbal hasil obligasi telah bergerak lebih tinggi.
Pasar ekuitas telah tumbuh bergejolak dalam beberapa pekan terakhir karena investor mempertimbangkan data ekonomi yang kuat dan kekhawatiran bahwa kemacetan pasokan dapat menyebabkan perpanjangan harga yang lebih tinggi, yang pada gilirannya akan memaksa Federal Reserve untuk mengurangi stimulus moneter besar-besarannya.
Presiden Federal Reserve (Fed) St Louis, James Bullard, mengatakan, pada Senin (24/5/2021) ia memperkirakan tingkat inflasi di atas 2,0 persen tahun ini dan tahun depan tetapi beberapa pejabat Fed, termasuk Bullard, terus mendukung kebijakan bank sentral dalam pernyataan terpisah.
Setelah jatuh sebanyak 4,0 persen dari rekor penutupan tertinggi 7 Mei, S&P 500 sekarang turun kurang dari satu persen dari level itu karena investor mulai membeli saham-saham teknologi yang mendapat tekanan dalam lingkungan suku bunga yang naik.
Rilis data konsumsi pribadi AS pada Kamis (27/5/2021), ukuran inflasi pilihan Fed, akan menjadi sorotan dari data ekonomi yang diterbitkan minggu ini.
Sentimen risiko juga membaik karena mata uang kripto memulihkan beberapa kerugian setelah aksi jual akhir pekan yang dipicu oleh tanda-tanda lebih lanjut dari tindakan keras China di sektor yang sedang berkembang itu. Bitcoin ditambahkan untuk mendapatkan keuntungan di akhir sesi setelah Elon Musk mencuit tentang pertemuan dengan penambang mata uang kripto Amerika Utara.
Cabot Oil & Gas Corp dan Cimarex Energy Co setuju untuk bergabung membentuk produsen minyak dan gas AS dengan nilai perusahaan sekitar 17 miliar dolar AS, kesepakatan terbaru di sektor yang pulih dari salah satu penurunan terburuknya.
Saham Cabot dan Cimarex keduanya jatuh sekitar 7,0 persen, sementara indeks energi yang lebih luas naik 0,99 persen karena harga minyak melonjak lebih dari 3,0 persen.