Jakarta (ANTARA) - Perusahaan teknologi kesehatan asal Uni Emirat Arab (UAE) berkomitmen untuk melakukan penyediaan awal vaksin sebanyak 10 juta dosis bagi Indonesia untuk tahun 2020, dalam rangka kerja sama pengembangan vaksin COVID-19 dengan perusahaan Kimia Farma asal Indonesia.
Dalam arahan pers virtual yang disampaikan dari Abu Dhabi, pada Sabtu (2/8) malam waktu Jakarta, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan salah satu hasil dari pertemuan yang dilakukan bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dengan G-42, telah dinyatakan komitmen untuk penyediaan awal tersebut.
“Akan ada pembicaraan lanjutan antara Kimia Farma dengan G42 mengenai hal-hal yang lebih rinci terkait dengan komitmen tersebut,” kata Retno.
Baca juga: Sinovac prioritaskan vaksin COVID-19 untuk Indonesia sampai akhir 2021
Menlu menjelaskan bahwa G-42 merupakan perusahaan teknologi kesehatan asal UAE yang berbasis artificial intelligence, dan telah secara aktif terlibat dalam penelitian, pengembangan dan distribusi aplikasi pengujian dan perawatan COVID-19.
Adapun terkait kerja sama vaksin, Indonesia juga mengirimkan satu tim peninjau (reviewer) untuk melakukan pemantauan dari dekat pelaksanaan uji klinis tahap ketiga terhadap kandidat vaksin kerja sama G42 dengan Sinopharm dan ke depannya, kerja sama antara Indonesia, G42, Sinopharm juga secara prinsip disepakati.
“Kerja sama dalam konteks pemantauan uji klinis tahap ke-3 terhadap kandidat vaksin hasil kerja sama Sinopharm-G42 ini sangat penting artinya bagi pengembangan kerja sama vaksin ke depan,” jelas Menlu.
Baca juga: Staf Khusus BUMN: Bio Farma kerjakan proses akhir vaksin COVID-19
Selain hasil tersebut, Menlu dan Menteri BUMN juga telah menyaksikan pertukaran dua dokumen kerja sama yang telah ditandatangani perusahaan asal Indonesia dan UAE terkait kerja sama pengembangan vaksin serta teknologi deteksi penularan virus COVID-19.
“Pertama, Nota Kesepahaman antara PT Kimia Farma dengan G-42 Health Care AI Holding Rsc Ltd tentang Kerja Sama Pengembangan Produk-produk Vaksin, dengan cakupan kerja sama di bidang produk farmasi, layanan kesehatan, riset dan pengembangan serta uji klinis, produksi vaksin serta pemasaran dan distribusinya,” papar Menlu.
Baca juga: Bio Farma akan terima konsentrat 50 juta dosis vaksin COVID-19 dari Sinovac
Adapun Nota Kesepahaman kedua merupakan antara PT Indo Farma dengan G-42 Health Care AI Holding Rsc Ltd tentang Kerja sama Kesehatan dengan cakupan kerja sama di bidang penelitian, pengembangan, produksi dan distribusi teknologi berbasis laser dan artificial intelligence untuk deteksi COVID-19.
Penerapan teknologi dalam kerja sama-kerja sama yang telah terjalin itu dinilai akan dapat membantu mempercepat upaya pelacakan penderita virus corona serta membantu mendukung kegiatan ekonomi yang lebih aman.
Selain kerja sama yang telah disepakati, Retno mengatakan dirinya, bersama dengan Menteri BUMN, tidak hanya membahas kerja sama yang sedang berjalan, namun juga potensi kerja sama yang lebih strategis untuk jangka panjang.
“Misalnya penelitian bersama dengan menggunakan artificial intelligence tidak saja untuk mendeteksi COVID-19, namun juga penyakit lainnya. Kemudian kerja sama untuk distribusi produk farmasi Indonesia di pasar-pasar Timur Tengah, Afrika dan wilayah lainnya,” ujar dia.
Menanggapi usulan-usulan tersebut, pihak G42 dikatakan akan melanjutkan komunikasi dan bahkan akan berkunjung ke Indonesia sesegera mungkin.