Jakarta (ANTARA) - Serena Williams mengakhiri puasa gelar selama tiga tahun dan mendonasikan hadiah kemenangannya untuk korban kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Australia, saat ia memenangi final WTA Auckland Classic, Auckland, Selandia Baru, Minggu.
Serena memenangi laga final itu dengan skor 6-3, 6-4 atas petenis AS lainnya, Jessica Pegula. Itu merupakan gelar WTA pertama Serena sejak menjadi juara di Wimbledon pada 2017.
"Saya telah bermain di Australia selama lebih dari 20 tahun, dan benar-benar berat bagi saya untuk menyaksikan semua berita itu dan semua yang terjadi di Australia dengan kebakaran dan... orang-orang serta hewan yang kehilangan tempat tinggalnya," kata Serena seperti dikutip AFP.
"Saya memutuskan pada awal turnamen, bahwa saya akan menyumbangkan semua uang hadiah saya untuk kemaslahatan bersama," tambahnya.
Baca juga: Cedera punggung paksa Serena serahkan gelar Toronto kepada Andreescu
Turnamen pemanasan Australian Open itu memberikan hadiah uang sebesar 43.000 dolar.
Itu merupakan gelar perdana Serena sejak 2017, sekaligus gelar pertamanya sebagai seorang ibu. Ia total telah mengoleksi 73 gelar WTA, sepanjang perjalanan kariernya dalam empat dekade.
Unggulan teratas turnamen itu sempat tertinggal 1-3 dari Pegula pada set pertama.
Namun saat Serena menemukan irama pukulannya, langkahnya seperti mustahil dihentikan.
Berteriak pada setiap poin
Pegula sempat menarik perhatian banyak pihak saat ia menyingkirkan mantan petenis peringkat satu dunia putri Caroline Wozniacki pada semifinal, di mana saat itu ia memenangi semua gim pada set terakhir.
Petenis 25 tahun itu memperlihatkan keberanian yang sama pada awal laga final. Ia terlihat tidak direpotkan dengan paha kirinya yang diperban saat ia mengejar semua pukulan Serena. Pegula bahkan sempat mematahkan servis seniornya tersebut.
Pegula sukses saat melakukan servis dan terlihat akan kembali mematahkan servis lawan, ketika Serena, pada fase itu berteriak untuk setiap poin yang dimenanginya, bangkit dari tertinggal 15-40 untuk mengamankan service game keduanya pada deuce kelima.
Serena kemudian mampu balas mematahkan servis untuk menyamakan kedudukan menjadi 3-3. Ia menemukan kembali kekuatan dan akurasi pukulannya.
Saat kepercayaan dirinya meningkat, Serena mampu menahan Pegula pada gim berikutnya, kembali mematahkan servis Pegula, dan melakukan servis untuk memenangi set pertama.
Pegula tertinggal 0-40 pada awal set kedua, sebelum mampu menahan servisnya tetapi ia tetap kesulitan saat menghadapi sosok yang menguasai dunia tenis putri selama dua dekade.
Serena mematahkan servis berikutnya dari Pegula dan tetap memimpin sampai akhir untuk mengamankan gelar, dan mengakhiri rentetan lima kekalahan di final sejak kesuksesan 2017 di Melbourne.