Sibolga (ANTARA) - Wali Kota Sibolga Syarfi Hutauruk berang setelah mengetahui 6 orang anak buahnya menjadi korban kekerasan akibat penertiban warung liar yang berdiri di tanah pemerintah di kawasan Pelindo I Sibolga, Rabu (2/10).
Di saat proses penggusuran terjadi, 4 orang anggota Satpol PP dan 2 orang petugas dari Damkar Pemkot Sibolga mengalami luka-luka dan kini sedang dirawat di RSU FL Tobing Sibolga.
Mengetahui anggotanya menjadi korban kekerasan, Wali Kota Sibolga yang baru tiba dari luar kota, Kamis (3/10), langsung bergerak menuju RSU FL Tobing untuk melihat kondisi anak buahnya sekaligus memberikan semangat.
“Pemerintah Kota Sibolga akan membuat pengaduan kepada pihak kepolisian atas kasus ini. Mereka ini (korban) sedang melaksanakan tugas negara yaitu mengambil kembali dan mempertahankan aset negara yang diserobot oleh oknum-oknum pemilik warung, namun diperlakukan seperti ini. Pemerintah kota akan segera membuat pengaduan kepada pihak kepolisian, dan saya berharap pihak kepolisian dapat bergerak cepat untuk menangkap pelaku dan menuntaskan kasus ini," tegas wali kota.
Wali kota juga memberikan dukungan moril kepada personil Satpol PP dan Damkar, agar mereka jangan takut atau khawatir dalam menjalankan tugas mereka sesuai dengan perintah pimpinan.
“Kita jadwalkan nanti lanjutan pembongkaran dan saya yang akan pimpin langsung. Bila perlu kita bawa alat berat untuk membongkar lokasi itu. Jangan takut, saya akan membackup kalian penuh untuk tugas-tugas negara seperti ini,” kata Syarfi.
Disebutkan wali kota, Pemkot Sibolga sudah berbuat sangat humanis, dan sudah melakukan sosialisasi, baik melalui pemerintah kecamatan dan juga kelurahan sudah dilakukan selama berbulan-bulan.
Bersama unsur Forkopimda juga sudah dilakukan rapat berkali-kali dan semua sepakat untuk dibongkar, kendati para pedagang sebenarnya telah melanggar aturan mendirikan bangunan di lahan pemerintah, namun pemerintah kota tetap melakukan penertiban dengan pendekatan kekeluargaan. Bahkan waktu tenggang juga telah diberikan, namun para pemilik warung liar tetap membandel.
"Surat pemberitahuan sudah disampaikan agar pedagang membongkar warungnya, jika tidak akan dibongkar paksa oleh petugas. Dan saya berterima kasih kepada beberapa pedagang yang mau membongkar dengan kesadaran sendiri, tetapi ada juga yang membandal tidak mau membongkar, bahkan melakukan perlawan dengan menciderai petugas kita,” sebut wali kota dengan kesal.
Wali kota juga mengungkapkan, masyarakat sekitar telah berulang kali mendesak pemerintah kota untuk segera menutup warung-warung liar itu, karena meresahkan masyarakat karena menjadi tempat mabuk-mabukan dan menjual minuman keras tuak nifaro.
Bahkan masyarakat sekitar juga pernah mengacam akan melakukan tindakan pembongkaran paksa jika pemerintah kota tidak segera lakukan pembongkaran. Namun Pemkot berusaha menenangkan masyarakat yang marah, agar tidak terjadi konflik sesama masyarakat, dan Pemkot juga sudah komit akan segera melakukan pembongkaran dengan cara santun.
Namun ini balasan yang didapatkan atas cara-cara humanis yang dilakukan Pemkot kepada masyarakat. “Terus terang saya sangat kecewa dengan aksi kekerasan yang dilakukan masyarakat kepada anak buah saya,” ketusnya.