El Paso, Texas (ANTARA) - Tersangka pelaku penembakan massal di sebuah Walmart di El Paso, Texas, pada Sabtu, yang menewaskan 20 orang dan melukai puluhan lainnya, menyebut serangan tersebut sebagai "reaksi terhadap invasi Hispanik di Texas".
Kutipan itu terdapat dalam pernyataan empat halaman yang diunggah di 8chan, sebuah situs pesan daring yang sering digunakan oleh para ekstremis, dan diyakini telah ditulis oleh tersangka.
Pernyataan itu juga menyatakan dukungan untuk pria bersenjata yang membunuh 51 orang di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.
Baca juga: 20 tewas dalam penembakan massal di Walmart Texas
Kepala polisi El Paso Greg Allen mengatakan pihak berwenang sedang memeriksa sebuah manifesto dari tersangka yang menunjukkan "ada potensi nexus kejahatan rasial." Para pejabat menolak untuk menguraikan lebih lanjut dan mengatakan penyelidikan masih berlanjut.
Tersangka penembakan massal tersebut secara resmi diidentifikasi sebagai lelaki kulit putih berusia 21 tahun dari Allen, Texas, pinggiran kota Dallas sekitar 1.046 km di sebelah timur El Paso, yang terletak di sepanjang Rio Grande, di seberang perbatasan AS-Meksiko dari Ciudad Juarez .
Mengutip pejabat penegak hukum, beberapa laporan media menyebut tersangka sebagai Patrick Crusius.
Baca juga: KJRI Houston imbau WNI waspada pascapenembakan massal di Texas
CNN melaporkan bahwa FBI telah melakukan penyelidikan teror domestik terkait penembakan massal itu.
El Paso dan Ciudad Juarez, bersama dengan kota tetangganya, Las Cruces, New Mexico, membentuk wilayah perbatasan metropolitan dengan populasi sekitar 2,5 juta orang yang merupakan salah satu kawasan bilingual terbesar di wilayah barat.
Penembakan massal sering terjadi di Amerika Serikat. Pada pekan lalu, seorang remaja bersenjata menembaki pengunjung sebuah festival makanan di California Utara, menewaskan tiga orang sebelum menembak dirinya sendiri.
Sumber: Reuters