Medan (ANTARA) - Nilai ekspor Sumatera Utara selama Januari -Juni 2019 turun 13,94 persen dibanding periode yang sama 2018 menjadi 3,727 miliar dolar AS.
"Penurunan nilai ekspor sebagai dampak turunnya harga jual barang ekspor," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Syech Suhaimi di Medan, Kamis.
Pada semester I 2018, nilai ekspor Sumut sudah 4,331 miliar dolar AS.
Menurut Syech Suhaimi, berat bersih ekspor Sumut justru naik pada tahun ini. Berat barang ekspor Sumut periode Januari - Juni 2019 naik menjadi 4.518.402 ton dari periode yang sama 2018 yang 4.380.074 ton.
Meski turun, nilai ekspor Sumut masih surplus dari impor yang senilai 2,222 miliar dolar AS.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Parlindungan Purba menyebutkan harga ekspor minyak sawit mentah atau CPO dan karet masih terus turun.
Padahal, dua golongan barang itu memberi andil besar dalam penerimaan devisa Sumut setiap tahunnya.
"Kalau devisa dari kelompok sawit dan karet turun, otomatis devisa Sumut turun," katanya.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah mengakui, karet adalah salah satu komoditas yang berkontribusi pada penurunan nilai ekspor.
Bukan hanya harga jual karet yang turun, tetapi juga volume penjualannya.
Volume dan harga jual karet yang turun dipicu permintaan yang melemah di pasar internasional.
Baca juga: Produk perikanan Sumut diminati pasar dunia
Baca juga: Nilai ekspor Sumut hingga Mei 2019 turun 15,35 persen