Medan (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara menyatakan, peningkatan harga kelapa sawit, karet, kopi dan kepiting laut menjadi faktor yang menaikkan Nilai Tukar Petani (NTP) di wilayahnya pada Oktober 2024, secara bulan ke bulan, menjadi 141,39.
“NTP pada Oktober 2024 naik 2,02 persen dibandingkan bulan sebelumnya, jika angka NTP pada September adalah 138,59, kini di Oktober menjadi 141,39, masih terus meningkat” ujar Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Asim Saputra.
Dia melanjutkan, membaiknya NTP terjadi akibat peningkatan indeks harga terima petani (It) sebesar 2,04 persen, yang membuat nilainya menjadi 168,07.
Sementara indeks harga bayar petani (Ib) juga meningkat yaitu sebesar 0,02 persen, menjadi 118,87, lantaran pengaruh harga komoditas indeks konsumsi rumah tangga tani, dan urea.
kemudian, ada beberapa subsektor yang juga mengalami kenaikan NTP, terbesar ada subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR) yang meningkat hingga 3,69 persen dari bulan sebelumnya menjadi 195,90.
Selain NTPR, subsektor peternakan meningkat tipis sebesar 0,01 persen menjadi 95,29, perikanan meningkat 1,19 persen menjadi 99,84 dan subsektor nelayan meningkat 1,59 persen menjadi 100,95.
Sementara NTP subsektor lainnya yakni tanaman pangan, holtikultura, dan pembudidayaan ikan mengalami penurunan, di mana yang terbesar terjadi di sektor hortikultura yakni -1,53 persen.
kemudian, untuk Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) juga mengalami peningkatan sebesar 2,04 persen dari bulan sebelumnya sehingga jumlah pada Oktober 2024 yakni 139,79.
“NTUP terus meningkat setiap bulannya, artinya meskipun ada subsektor yang mengalami penurunan tapi masih dalam kondisi yang wajar,” ujar Asim.
Dari sisi subsektor, sama seperti NTP, NTUP subsektor tanaman perkebunan rakyat, peternakan, perikanan juga mengalami peningkatan. tanaman perkebunan rakyat naik 3,71 persen menjadi 190,95, peternakan naik 0,03 persen menjadi 95,88 dan perikanan naik 1,12 persen menjadi 100,43 pada Oktober 2024 (month to month).
Selain itu subsektor lain termasuk tanaman pangan, holtikultura dan pembudidaya ikan mengalami penurunan dengan kontraksi terdalam ada di subsektor holtikultura yakni -1,46 persen.