Tapteng (ANTARA) - Kematian Santi Devi Malau (26), gadis cantik berhijab yang bekerja sebagai karyawati pada Bank Syariah Mandiri Pandan, Tapanuli Tengah, mengundang perhatian publik.
Hal itu dibuktikan dengan rasa penasaran masyarakat termasuk warganet untuk mengetahui apa sesungguhnya motif pembunuhan tersebut.
Kepada ANTARA, DP dan NN, dua pelaku yang merupakan pasangan suami isteri buka suara saat Kapolres Tapteng AKBP Sukamat menggelar konferensi pers di Mapolres Tapteng, Rabu (19/6).
“Malam itu saya ribut dengan isteri. Isteri saya datang ke warnet marah-marah dan menyuruh saya pulang. Setibanya di rumah kosan, isteri saya masih marah-marah dan membawa gunting, sehingga timbul niat saya untuk mengikatnya dengan tali nilon. Saya pun mengambil tali nilon dari jemuran yang ada di depan kos,” kata pelaku DP (20).
Setelah mendapatkan tali nilon, DP masuk lagi ke kamar kosan dan mendapati isterinya tidak ada lagi di dalam kamar.
Baca juga: Pembunuh karyawati Bank Syariah Mandiri Tapteng tertangkap
“Karena isteri saya tidak ada di kamar, saya pergi ke kamar kosan korban, karena jarak kamar kami dengan korban hanya berselang satu kamar. Saya mengetuk pintu kamar korban dan dibukanya sedikit pintunya. Saya bilang mau pinjam uang Rp200 ribu untuk ongkos ke Medan. Saya langsung masuk ke kamarnya, lalu korban menjawab bahwa ia tidak punya uang Rp200 ribu dan yang ada hanya Rp22.000. Korban pun sempat menawarkan agar ia mengambil uang dulu ke ATM. Saya curiga dia mau lari karena tidak mungkin seorang pegawai bank tidak punya uang Rp200 ribu di kantong,” ungkapnya.
Saat korban hendak pergi, lanjut tersangka, ia langsung mencekik lehernya. Karena korban melawan dan menjerit, pelaku menyeretnya ke kamar mandi dan membenturkan kepalanya ke dinding kamar mandi dan kloset.
Karena korban masih meronta, akhirnya pelaku menjerat leher korban dengan tali nilon yang diambilnya dari jemuran dan semula dimaksudkan untuk mengikat istrinya.
Baca juga: Ini motif pelaku membunuh karyawati Bank Syariah Mandiri Tapteng
“Saat itu korban belum meninggal walaupun sudah saya jerat lehernya. Karena saya semakin kalut, akhirnya saya bekap mulutnya dengan kain sampai dia meninggal. Sesudah itu baru saya lari,” kata pria asal Belawan, Medan itu.
Sedangkan keterlibatan isteri pelaku, NN (18), menurut polisi, karena dia turut serta membantu suaminya melakukan pembunuhan itu. Hanya saja keterangan dari pasutri ini masih berbeda, sehingga masih perlu untuk didalami.
Sebagaimana diakui DP, sesudah membunuh ia dan isterinya langsung pergi ke Sibolga untuk menjual ponsel korban. Dengan bermodalkan uang Rp400 ribu dari hasil penjualan ponsel itu, keduanya kabur ke Medan. Penadah ponsel korban saat ini juga sudah diamankan polisi.
Baca juga: Karyawati Bank Syariah Mandiri Tapteng dibunuh hanya gara-gara uang Rp200 ribu
Sementara itu, menurut Kapolres Tapteng AKBP Sukamat didampingi Wakapolres Kompol Kamdani, korban sengaja pulang lebih awal ke tempat kosnya dari acara halalbihalal di tempatnya bekerja pafa Kamis (13/6) malam itu karena korban ingin sholat.
"Saat itulah pelaku datang mau meminjam uang korban dan terjadilah peristiwa itu," ujar Kapolres.