Jakarta (ANTARA) - Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno mengaku heran keran impor dibuka lebar, namun tidak berdampak pada penurunan harga bahan pokok.
"Kita mengalami defisit neraca perdagangan dan pintu impor dibuka sebesar-besarnya, mestinya harga bahan pokok kita itu terjangkau, mestinya murah," kata Sandiaga dalam Debat Capres Kelima di Jakarta, Sabtu.
Dia mengaku menyaksikan dan mendengar sendiri keluhan dari para emak-emak di sejumlah daerah, yakni tarif listrik serta harga bahan pokok justru naik.
"Saya tanya harga listrik naik atau turun, naik. Harga bahan pokok murah atau mahal. Ini sungguh disesalkan dari kebijakan negara kita," katanya.
Ia mengaku defisit neraca perdaganga n pada Februari 2019 turun tapi justru menghalangi impor bahan produksi."Ini yang mengkhawatirkan," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2019 mengalami defisit sebesar 1,16 miliar dolar AS yang dinilai menjadi yang terparah sejak 2014, untuk periode yang sama.
Sementara itu, pada Januari 2014, neraca perdagangan mengalami defisit 443,9 juta dolar AS, Januari 2015 surplus 632,3 juta dolar AS, Januari 2016 surplus 114 juta dolar AS, Januari 2017 surplus 1,4 miliar dolar AS dan pada Januari 2018 defisit sebesar 680 juta dolar AS.
Debat kelima Pemilu Presiden 2019 merupakan debat pamungkas sekaligus akan menutup seluruh rangkaian debat yang telah dimulai sejak Januari 2019.
Debat yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta ini menghadirkan kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden baik paslon nomor urut 01 maupun 02.
Berbagai tema yang diangkat dalam debat terakhir ini adalah ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi dan industri.
Sebagaimana diketahui, Pemilu Presiden 2019 yang akan diselenggarakan pada 17 April diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni pasangan nomor urut 01 Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin serta pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno.