Tapanuli Selatan (Antaranews Sumut) - Pongo tapanuliensis sebutan Orangutan tapanuli spesies langka dunia di dapat di hutan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan harus dilestarikan.
Kepala badan penelitian pengembangan dan inovasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli Pratiara, di Sipirok dalam satu pertemuan pekan ini, mengatakan, bahwa orangutan tapanuli jumlah estimasi tidak lebih 577 individu.
"Populasi individu orangutan tersebut disinyalir lebih banyak di hutan Batangtoru masuk wilayah Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah lebih dari 500 individu,"katanya.
Untuk wilayah Tapanuli Selatan sendiri jumlah populasi orangutan, seperti di daerah gunung Lubuk Raya sekitar tiga individu, Sibual-buali sekitar 13 individu, dan 17 individu di dapat di Dolok Sipirok.
"Itu hasil riset kita di hutan Batangtoru yang kita lakukan sejak tahun 2003 - 2017,"jelas Pratiara. Bahkan, habitatnya sudah terpragmentasi atau terkotak-kotak dengan kehadiran ladang sawit, ladang karet masyarakat.
"Program pengayaan dengan ribuan pohon multifungsi ditanam di Bulu Mario oleh North Sumatera Hydro Energy/ Pemkab Tapsel/USU di Bulu Mario menambah potensi kekayaan pakan kebutuhan orangutan tersebut,"katanya.
Dia mengatakan, soal kepunahan orangutan kita semua perlu khawatir, soalnya spesies orangutan ini langka hanya terdapat di Tapanuli, Langkat, Aceh, dan Kalimantan bagian tengah.
"Oleh sebab itu kita semua sepakat kelestarian pongo tapanuliensis warisan dunia tersebut harus eksis dan tetap dijaga,"katanya.
Apalagi katanya, reproduksi orangutan rentan terhadap jumlah kenaikan populasi, mengingat dari mengandung melahirkan, sampai merawat menyapih itu sampai memakan waktu delapan hingga sembilan tahun lamanya.
"Kalau ada yang menyebut kehadiran PLTA Batangtoru akan menghancurkan habitat orangutan, itu sudah salah kaprah saya idak setuju dan tidak logis, dan boleh disebut membabi buta namanya,"tegasnya.
Karena, PLTA Batangtoru yang dikembangkan NSHE energi terbarukan membutuhkan air untuk menggerakkan turbin setelah dialirkan lewat terowongan bawah tanah, dan jelas ramah lingkungan.
BP2LHK: Pongo Tapanuliensis kekayaan dunia harus dilestarikan
Kamis, 18 Oktober 2018 16:58 WIB 1928