Panyabungan (Antaranews Sumut) - Itak terbuat dari bahan tepung beras, gula, kelapa, dan sedikit garam.
Tepung beras pada masa lalu ditumbuk sendiri pada sebuah lesung. Dikerjakan anak-anak gadis dengan dua atau tiga alu yang ditumbuk bergantian pada sebuah lesung bersama.
Pekerjaan menumbuh beras tersebut disebut dengan “Manduda Itak”. Tepung tersebut kemudian dicampur dengan gula, sedikit garam, dan santan perekatnya. Di aduk sedemikian rupa hingga bisa dibentuk.
Lalu dibentuk dengan kepalan tangan dengan tanda jari yang melekat pada kepalannya.
Karena berbentuk kepalan tangan, maka itak tersebut sering disebut “Itak Poul-poul” atau “Itak Kepalan Tangan”.
Bulatan yang sudah terbentuk menyerupai kepalan tangan tersebut kemudian dikukus. Lalu disajikan dengan tiga potong dalam setiap piring ceper.
Selain itu, ada juga yang disebut dengan “Itak Mata”, karena memang tidak dimasak, tapi disuguhkan begitu saja kepada yang hadir dalam prosesi adat tertentu.
Itak memang melekat makna budaya Mandailing Natal. Biasanya disajikan bersamaan dengan proses “Markobar Boru” atau untuk menjenguk anak yang baru lahir.
Dibentuk seperti kepalan tangan merupakan penanda bahwa gadis mereka yang dulu pergi sekarang masih tetap ada, ditandai dengan bekas kepalan tangannya pada makanan itu.
Proses pembuatan "Itak Poul-poul" kuliner warisan Mandailing
Minggu, 5 Agustus 2018 13:58 WIB 8803
Karena berbentuk kepalan tangan, maka itak tersebut sering disebut “Itak Poul-poul” atau “Itak Kepalan Tangan”