Sibolga (Antaranews Sumut)-Dua orang saksi yang mengetahui hilangnya KM Mega Top III menjelaskan kronologi yang dialami kapal ikan yang membawa 28 ABK dan satu tekong kapal Pompong.
Mereka adalah Rahmad Hidayat warga gang Prona, Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Jamaluddin warga Jalan Selamat, Kota Sibolga. Mereka berdua adalah ABK KM Hot Martua II, kapal kecil (kapal pompong) yang bertambat di belakang KM Mega Top III sebelum hilang.
Setelah tiba di Sibolga, mereka menjelaskan, kapal pompong yang mereka tumpangi berlayar menuju salah satu tuasan (perangsang ikan), dan KM Mega Top III sedang bertambat di salah satu tuasan di sebelah barat laut Lahewa, Gunungsitoli.
"Saat itu kami sedang melintas sembari memancing ikan, tiba-tiba nahkoda KM Mega Top III memanggil kami minta tolong memperbaiki radio kapal mereka yang rusak. Kamipun merapat dan mengikat kapal kami di belakang KM Megat Top III yang saat itu sedang bertambat di tuasan. Nahkoda kamipun bang Indahrus naik ke atas kapal KM Megat Top III untuk memperbaiki radio kapal yang rusak. Sementara kami berdua berada di kapal pompong,"terangnya.
Sekitar pukul 19.00 WIB lanjutnya, angin datang, kemudian kapal KM Mega Top III membuang parasut untuk menstabilkan kapal, sementara angin semakin kencang kisaran 32-33 knot per jam dengan ketinggian laut sekitar 7 jam. Kami pun bertahan dalam kapal pompong dan tertidur karena nahkoda kami sedang berada di KM Mega Top III.
"Barulah paginya sekitar pukul 05.00 WIB kami bangun dan melihat KM Mega Top tidak ada lagi, dan tali kapal kami sudah putus,ā€¯ungkap Jamal.
Melihat kejadian itu, Jamal dan Rahmat mencoba mencari kapal KM Mega Top III, karena nahkoda mereka berada di dalam kapal itu. Namun usaha mereka sia-sia. Kamipun meminta bantuan melalui radio untuk meminta bantuan ke kapal yang lain namun hasilnya tetap nihil. Karena tidak ada hasil, akhirnya kami putuskan untuk pulang ke Sibolga,"bebernya.