Jakarta, 19/11 (Antara) - Manajemen Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dimiliki Kementerian Haji Saudi patut diberi apresiasi, karena merupakan salah satu dari keseluruhan sistem pelayanan jamaah haji yang ikut mendorong penyelenggaraan haji 2013 lebih baik dibanding tahun sebelumnya.
Padahal, kementerian haji setempat memberlakukan pemotongan kuota 20 persen bagi negara asing dan 50 persen bagi warganya untuk menunaikan ibadah haji, kata Direktur Pelayanan Haji pada Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Kemenag, Sri Ilham Lubis kepada pers di Jakarta, Selasa.
Apa lagi saat itu kementerian haji Saudi tengah sibuk dengan proyek perluasan Masjidil Haram. Khususnya perhatian di kawasan thawaf yang rawan dari insiden kecelakaan karena padatnya Jamaah haji.
Sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information and Communications Technology (ICT), menurut Sri Ilham, sangat bagus.
Hal itu terlihat bagaimana petugas dari Kementerian Haji setempat mengatur magtab atau pemondokan dengan jumlah jamaah haji yang datang.
Petugas haji setempat menginput data jamaah yang datang dan melihat kapasitas pondokan yang tersedia.
Demikian pula ketika jamaah haji dari Indonesia akan kembali ke Tanah Air. Kapan jamaah harus bergerak ke Bandara King Abdul Aziz Jeddah dan jam berapa pesawat mendarat dan dapat mengangkut jamaah, dapat diinformasikan melalui ICT dari Kementerian Arab Saudi. Hal itu sangat membantu.
Dan karena itu, lanjut dia, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk musim haji 1434 H tidak menyediakan hotel transito.
Pasalnya, keberangkatan jamaah dari magtab ke Jeddah sudah dapat diperhitungkan waktunya. Sehingga hotel transito tak diperlukan lagi. Hal ini satu kemudahan, karena manajemen lalu lintas atau mobilitas jamaah selain sudah bisa dipantau juga dapat ditata lebih apik.
Yang menggembirakan, katanya, kepadatan di Masjidil Haram kini bisa diatur sedemikian rupa.
Kapan jamaah harus melaksanakan nafar awal dan nafar sani, bisa dikendalikan. Hal itu dimungkinkan dan dilakukan dengan sistem monitor melalui layar lebar.
Melalui informasi dari petugas kepada pimpinan atau kelompok, kepadatan di Masjidil Haram bisa diketahui.
Jadi, sebaiknya kapan atau waktu yang tepat untuk melaksanakan thawaf, tentu setelah mendapat info dari petugas pemantau setempat.
Keistimewaan ICT dari kementerian Saudi itu kedepan akan diintegrasikan dengan sistem yang dimiliki Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Kemenag.
Berapa jamaah yang berangkat pada saat itu berikut nama-namanya, akan dimasukkan ke sistem mereka.
Dengan cara itu, seluruh identitas jamaah haji terintegrasi sehingga rentang kendali pelaksanaan dalam penyelenggaraan ibadah haji akan semakin mudah, katanya.
Untuk menuju kearah itu, lanjut dia, tentu sistem ICT yang dimiliki Ditjen PHU harus diperbaiki dan infrastrukturnya disempurnakan lagi.
Sistem Komputerisasi Haji Terpadu atau yang dikenal Siskohat diupayakan bisa dioptimalkan lagi, bukan hanya kepada jajaran perbankan tetapi juga data yang diperlukan bagi penyelenggaraan haji di tanah suci bisa menyatu.
Siskohat kini memang masih harus disempurnakan terus, ia menjelaskan. (E001)
Manajemen TIK Haji Saudi Patut Diapresiasi
Selasa, 19 November 2013 18:15 WIB 1916