Kematian Santi Devi Malau (26), karyawati Bank Syariah Mandiri Pandan, Tapanuli Tengah sangat mengundang perhatian publik. Pasalnya, ditemukan banyak kejanggalan di balik kematian wanita berparas cantik dan berhijab itu. 

Beruntung jajaran Polres Tapteng di bawah kendali AKBP Sukamat sebagai Kapolres dalam waktu yang tidak begitu lama berhasil menangkap pelaku, DP dan NN, yang merupakan pasangan suami isteri.

Pengakuan dari kedua pelaku yang menyebutkan mereka membunuh Santi hanya gara-gara uang Rp200 ribu, bahkan semakin menambah penasaran publik.

Polisi pun berjanji akan mendalami motif pembunuhan sadis itu dengan melakukan pemeriksaan intensif dan pengumpulan informasi dari saksi-saksi.

Ayah Santi, Maslan Malau (58) kepada ANTARA, Kamis (20/6), mengungkapkan, putri tercintanya itu sudah menunjukkan sikap-sikap yang aneh sebelum meninggal.

Baca juga: Pembunuh karyawati Bank Syariah Mandiri Tapteng tertangkap

"Menurut pengakuan teman satu kerja Santi, sewaktu acara halalbihalal di kantornya    pada Kamis  (13/6) malam di Pandan, Santi menggulung-gulung tisu dan memasukkannya ke dalam kedua lubang hidungnya. Teman-teman Santi sudah merasa heran, karena korban tidak pernah bertingkah seperti itu. Hanya saja tidak ada firasat mereka kepada kematian Santi, dan teman-temanya menganggap hanya lucu-lucuan Santi saja," terangnya.

Selain memasukkan tisu ke dalam kedua lubang hidungnya, korban yang merupakan anak keempat dari enam bersaudara itu  juga menyalami teman-temannya berulang-ulang sebelum kembali ke tempat kosnya. Gelagat itu semakin mengundang rasa curiga rekan-rekannya.

"Hanya saja teman-teman Santi tidak mengerti apa maksud di balik keanehan itu," sebutnya.

Maslan Malau menambahkan, firasat aneh juga sudah dirasakannya sewaktu bermain bulu tangkis di Sibabangun, pada Kamis (13/6) sore, ketika tubuh dan jiwanya gelisah terus sepanjang sore itu.

Baca juga: Karyawati Bank Syariah Mandiri Tapteng dibunuh hanya gara-gara uang Rp200 ribu

"Badan saya gelisah terus, ada apa ini pikirku. Sedikit pun tidak ada firasatku ke Santi, karena putri saya itu dalam keadaan sehat-sehat saja. Justru saya berfirasat kepada cucuku dari kakaknya Santi yang di Batangtoru (Tapsel), karena sedang sakit," ungkapnya, seraya menyebutkan firasat dan sikap aneh yang ditunjukkan Santi Devi sebagai tanda akan kepergiannya selama-lamanya.

Lantas bagaimana sikap kedua orangtua korban dan keluarganya atas ditangkapnya pelaku dan motif pembunuhan Santi?
Menurut pria penggemar bulu tangkis ini, ucapan terima kasih layak disampaikan kepada Kapolres Tapteng dan jajarannya yang sudah berhasil menangkap pembunuh anaknya.

"Saya atas nama keluarga besar Santi mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak Kapolres Tapteng AKBP Sukamat beserta jajaran yang sudah bekerja keras mengungkap kasus ini. Harapan kami agar tidak ada lagi tindakan keji seperti yang dialami putri kami. Dan kami juga memohonkan kepada pak Kapolres, agar menerapkan hukum yang sepantasnya kepada pelaku, karena pelaku tega menghabisi nyawa anak kami yang berniat baik untuk membantu meminjamkan uang kepada pelaku dengan tawaran mau mengambil uang ke ATM, namun justru dibunuh dengan cara sadis," katanya lirih.

Suami dari boru Lubis ini pun mengaku sudah ikhlas atas kepergian putrinya yang merupakan jebolan dari Fakultas Ekonomi Unimed Medan itu.

"Kami sudah ikhlas pak, karena kalau dipikirin terus toh tidak bisa lagi Santi kembali hidup. Justru semakin menambah beban pikiran. Namun biar ada efek jera kepada pelaku, karena itu pelaku harus dihukum seberat-beratnya," pinta kakek dua cucu ini.

Baca juga: Pembunuhan karyawati Bank Syariah Mandiri berawal dari pertengkaran pelaku dengan istri
 

Pewarta: Jason Gultom

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019