Medan, 17/2 (Antara) - Komisaris PT Pelindo I Nawawi Lubis menegaskan peran besar Pelabuhan Kuala Tanjung Sumatera Utara sebagai hub wilayah barat Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh investasi di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.
"Semua pihak terkait harus benar-benar bisa menarik investasi asing maupun nasional seperti Unilever untuk secepatnya masuk ke Sei Mangkei," katanya di Medan, Minggu.
Kalau tidak ada investor masuk, bagaimana Pelabuhan Kuala Tanjung itu bisa dikatakan sangat berperan besar sebagai hub wilayah barat.
Masuknya investor apalagi yang sudah terkenal seperti Unilever diyakini akan menarik minat investor lainnya ke Sei Mangkei.
Pelindo I sendiri, kata dia, siap berinvestasi besar di Pelabuhan Kuala Tanjung itu.
"Pelindo siap berinvestasi untuk melayani maksimal kebutuhan pengusaha, tetapi tentunya perlu data dan komitmen pengusaha tentang pemanfaatan fasilitas atau layanan Pelindo," katanya.
Dia juga mengakui, Pelindo dewasa ini berupaya keras untuk menghadapi komunitas ekonomi ASEAN pada 2015.
Pemerhati Kawasan Industri, Chairul Muluk, menyebutkan, investor diyakini akan tertarik dan masuk ke Sei Mangkei kalau infrastruktur dan suprastruktur di kawasan itu benar-benar memadai.
Karena itu, kata dia, kawasan industri Sei Mangke itu harus selesai tepat waktu pada 2015.
"Dikhawatirkan kalau kawasan itu tidak rampung tepat waktu, maka calon investor akan membatalkan rencana investasinya seperti yang terjadi sebelumnya saat kawasan itu sudah mulai diperkenalkan pada 2011," katanya.
Pada 2011 sudah ada sembilan calon investor yang menyatakan tertarik berinvestasi pada berbagai bidang di kawasan itu.
Namun sebagian besar kemudian memilih mundur karena tidak adanya kepastian waktu operasional kawasan tersebut.
Bagi investor, ketidakpastian merugikan sehingga akhirnya sudah ada beberapa perusahaan mengalihkan investasinya ke negara lain.
Muluk mengakui, salah satu calon investor yang sangat potensial adalah PT Unilever Tbk.
Perusahaan itu pada 2011 berencana membangun pabrik di kawasan tersebut seluas 27 hektare dengan total investasi berkisar Rp2,7 triliun.
"Perusahaan itu memang menjadi tolak ukur masuknya industri lain ke kawasan industri Sei Mangke," katanya.
Menurut dia, Badan Pertanahan Nasional (BPN) harus segera mengeluarkan izin perubahan status lahan dari hak guna usaha (HGU) menjadi hak pengelolaan lahan (HPL) agar investor tidak ragu menanamkan modalnya di kawasan tersebut.