Madina (ANTARA) - Harga gabah kopi arabika basah di wilayah Mandailing Natal mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah. Koperasi Serba Usaha (KSU) Kopi Mandailing Jaya mengumumkan bahwa harga tertinggi saat ini mencapai Rp42.000 per kilogram, tergantung pada kualitas dan kadar air gabah yang dibawa oleh petani.
Ketua KSU Kopi Mandailing Jaya, Kecamatan Ulu Pungkut, Syafruddin Lubis, menjelaskan bahwa lonjakan harga ini merupakan kabar baik bagi petani kopi di wilayah tersebut. Menurutnya, harga masih berpotensi naik seiring tingginya permintaan, baik dari dalam negeri maupun pasar ekspor.
"Harga Rp 42.000 per kilogram ini adalah yang tertinggi sepanjang masa. Tapi harga bisa lebih tinggi lagi tergantung kualitas dan kadar air gabah yang dibawa," ujar Syafruddin kepada ANTARA, Minggu (13/10).
Permintaan Tinggi Dorong Harga Naik
Syafruddin menilai, meningkatnya kesadaran pasar terhadap identitas geografis kopi arabika Mandailing turut mendorong lonjakan harga ini. Ia menekankan bahwa kopi Mandailing bukan sekadar varietas, melainkan mencerminkan wilayah geografis dan identitas kultural masyarakat Mandailing.
Belum Ada Kontrak Ekspor, Koperasi Terus Bangun Jaringan
Meskipun permintaan dari luar negeri cukup tinggi, KSU Kopi Mandailing Jaya mengakui hingga kini belum memiliki kontrak ekspor resmi.
"Kami memang sudah beberapa kali mengirim kopi ke luar negeri melalui jaringan koperasi, namun belum atas nama koperasi secara langsung. Kuantitas kopi Mandailing yang masih terbatas menjadi tantangan tersendiri," katanya.
Strategi Koperasi Jaga Stabilitas Harga dan Kualitas
Untuk menjaga stabilitas harga dan kualitas, koperasi terus melakukan edukasi kepada pembeli maupun petani.
"Kami menjelaskan kepada pembeli bahwa kopi arabika Mandailing adalah produk dengan keterikatan geografis, bukan varietas. Hal ini penting agar mereka memahami keterbatasan kuantitas dan keistimewaannya,” jelas Syafruddin.
Dampingi Petani dari Hulu ke Hilir
Koperasi juga aktif mendampingi petani mulai dari proses budidaya hingga pasca-panen. Setiap kali petani menjual gabah ke koperasi, edukasi teknis diberikan langsung. Bahkan koperasi siap turun langsung ke kebun jika diperlukan.
"Kami mendampingi petani dalam meningkatkan kualitas produksi, karena kopi yang berkualitas akan membuka akses pasar yang lebih luas dan meningkatkan pendapatan petani,” tambahnya.
Program FOLUR Belum Terlihat di Tingkat Petani
Terkait program nasional FOLUR (Food Systems, Land Use, and Restoration), Syafruddin berharap program tersebut bisa segera terealisasi di wilayah Mandailing Natal, khususnya untuk sektor kopi. Namun, ia mengaku hingga kini belum ada implementasi nyata di tingkat petani.
"Saya sempat menjadi pembicara dalam forum FOLUR di Jakarta, namun hingga saat ini belum ada dampak langsung ke lapangan. Kami berharap ada percepatan implementasi, agar produksi kopi arabika Mandailing bisa meningkat,” ujarnya.
Tren Positif Kopi Mandailing di Pasar Global
Koperasi optimistis tren positif harga kopi akan berlanjut. Selain karena hukum pasar, kesadaran konsumen dunia akan pentingnya asal-usul kopi juga semakin menguat.
"Tren ini akan bertahan. Harga kopi kalau sudah naik jarang turun, dan ke depan kecenderungannya akan terus naik. Ini peluang besar bagi kopi Mandailing yang otentik,” tegasnya.
Ia juga mengutip pernyataan ahli kopi dunia, Williem Ukers, yang menyebut kopi Mandailing sebagai salah satu kopi terbaik dunia.
"Kopi Mandailing selama ini beredar di pasar global, tapi banyak yang tidak berasal dari tanah Mandailing. Ini peluang besar untuk memperkuat posisi kopi asli Mandailing di pasar dunia,” tutup Syafruddin.
