Medan (ANTARA) - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Sumatera Utara (Gapkindo Sumut) mencatat ekspor karet alam di wilayah ini pada Juli 2025 mencapai 19.786 ton.
Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah mengatakan, jumlah ekspor karet tersebut meningkat jika dibandingkan secara year-on-Year (yoy) atau Juli 2024.
"Volume ekspor pada Juli 2025 meningkat 2,4 persen jika dibandingkan Juli 2024 yang hanya mencapai 19.308 ton," ujar Edy Irwansyah dalam keterangan resmi yang diterima, di Medan, Senin.
Meskipun meningkat secara yoy, kata dia, volume ekspor karet menurun jika dibandingkan secara month to month atau Juni 2025.
Dia menjelaskan, volume ekspor karet pada Juni 2024 tercatat sebesar 21.795 ton atau menurun 9,22 persen.
"Penurunan ini menunjukkan bahwa volume ekspor masih jauh di bawah kondisi normal, di mana rata-rata pengapalan bulanan karet Sumatera Utara dapat mencapai 42 ribu ton," kata dia
Menurutnya, keterlambatan pengapalan atau delay shipment akibat keterbatasan kontainer dari pihak liner menjadi salah satu penyebab menurun ekspor karet tersebut.
Selain itu, dia menambahkan penurunan juga diakibatkan karena melemah-nya permintaan dari sejumlah negara tujuan utama serta rendahnya pasokan dari kebun karet.
"Anomali iklim musim kemarau yang disertai hujan membuat banyak petani menghentikan penyadapan pada hari-hari hujan. Lalu petani juga mengalami penurunan motivasi akibat harga karet yang bertahan rendah," sebut dia.
Meski ekspor menurun, Edy menjelaskan harga karet pada Juli 2025 tercatat 167,32 sen AS per kili gram atau naik dibandingkan pada Juni 2025 yang hanya 161,49 sen AS
Tren kenaikan harga, kata dia, berlanjut hingga akhir Agustus, dengan harga penutupan pada 29 Agustus 2025 di level 173,6 sen AS.
Kenaikan harga itu, dia menegaskan memberikan optimisme bagi petani dan pelaku industri.
Dari sisi pasar Juli 2025 mencatat pengiriman ke 23 negara yang kawasan Eropa menyumbang sekitar 14,49 persen dari total ekspor dengan distribusi ke 11 negara.
Adapun 11 negara yakni Italy 2,96 persen, Turkey 2,93 persen, Spain 2,45 persen, Luxembourg 2,04 persen, Germany 1,22 persen, Belgium 1,02 persen, Poland 0,71 persen,
Lalu, Bulgaria 0,41 persen, France 0,35 persen, Finland 0,20 persen, dan Romania 0,20 persen.
Sementara itu lima negara tujuan utama global, dia menjelaskan tetap didominasi oleh Japan 35,94 persen, USA 25,45 persen, India 7,91 persen, Brazil 6,42 persen, dan China 3,67 persen.
"Walaupun terjadi perlambatan pengapalan dan pasokan, tren harga yang membaik diharapkan akan mendorong petani kembali aktif menyadap dan meningkatkan pasokan di bulan-bulan mendatang," ujarnya.
Selain itu, dia melanjutkan, para eksportir di Sumatera Utara tengah mempercepat persiapan menghadapi *EU Deforestation Regulation (EUDR)* yang akan berlaku mulai *30 Desember 2025*.
Regulasi ini, dijelaskan bahwa mengharuskan pelacakan rantai pasok hingga tingkat kebun, sehingga industri karet Sumatera Utara berupaya memperkuat sistem traceability dan kepatuhan keberlanjutan
"Dengan tren harga yang menguat dan tidak ada lagi _delay shipment_, ekspor karet Sumatera Utara diproyeksikan akan membaik pada kuartal IV 2025 dan walaupun sulit ke level normal," ujarnya.
