Medan (ANTARA) - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sumatera Utara melalui Hipmi Peduli Sumut menyalurkan bantuan bagi warga terdampak bencana banjir di Kota Medan.
"Jadi bantuan itu merupakan sumbangan para anggota dan pengurus Hipmi Sumatera Utara," kata Ketua Hipmi Peduli Sumut Abdul Rahman Lubis, di Medan, Sabtu.
Pemberian bantuan itu merupakan bentuk kepedulian terhadap warga terdampak banjir di wilayah ibu kota Provinsi Sumatera Utara.
Selain juga merupakan instruksi langsung dari Wakil Ketua Umum Hipmi Pusat yang juga Wali Kota Medan Bobby Nasution.
"Bantuan itu disebar ke beberapa titik pengungsian di Medan dan sekitarnya. Jadi kami menjalankan amanah teman-teman BPD Hipmi Sumatera Utara," katanya.
Adapun bantuan diberikan berupa bahan makanan, dan perlengkapan kebersihan bagi warga terdampak banjir di Medan dan sekitarnya.
"Semoga apa yang kami berikan ini bisa membantu meringankan beban warga terdampak banjir saat ini," kata Abdul Rahman Lubis yang akrab disapa Mamen ini.
Dia juga menambahkan, pengumpulan bantuan itu hasil berkolaborasi FA Management yang aktif mencari donasi melalui media sosial.
"Tadi ikut juga Pak Zakiyuddin, calon Wakil Wali Kota Medan di salah satu titik lokasi pengungsian," cakap Mamen.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, Sumatera Utara, menyebutkan sebanyak 24.874 warga Kota Medan terdampak banjir akibat luapan sungai.
"Total ada 7.699 rumah terendam dengan 8.751 kepala keluarga dan 24.874 jiwa terdampak banjir," ungkap Kepala BPBD Kota Medan Yunita Sari, di Medan, Kamis (28/11).
Dari total jumlah warga yang terdampak banjir ini, kata dia, di antaranya 67 orang berstatus lanjut usia, kemudian 34 balita, 129 anak-anak, dan dua ibu hamil.
Warga terdampak banjir ini merupakan penduduk 10 kecamatan, yakni Kecamatan Medan Maimun, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Helvetia, Medan Labuhan, Medan Baru, Medan Deli, dan Medan Selayang.
Dia juga menyebutkan ada tiga sungai melintasi wilayah Kota Medan meluap, yakni Sungai Deli, Sungai Babura, dan Sungai Sei Belawan.
"Sebagian warga masih di tempat pengungsian, seperti rumah ibadah, rumah warga, dan sekolah. Sedangkan sebagian lagi memilih kembali ke rumah menjaga harta bendanya," tutur Yunita.*