Aekkanopan (ANTARA) -
Tengku Zainal Arifin bin Tengku Harun Ar-Rasyid telah dinobatkan menjadi Sultan Kualuhleleidong dalam rapat keturunan Sultan Kualuh oleh petinggi kerapatan adat di Hotel Polonia Medan pada 11 September lalu.
Dan untuk pertama kalinya, Zainal Arifin yang bergelar Sri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agung Sultan Kualuhleleidong berkunjung ke bekas wilayah kesultanannya yang berada di Desa Tanjungpasir Kecamatan Kualuhselatan, Minggu (27/10).
Dalam acara yang digelar di halaman Masjid Raya Tanjungpasir yang dibangun Sultan ketiga Kesultanan Kualuh tersebut, terlihat hadir Bupati dan Wakil Bupati nonaktif Labura Dr Hendriyanto Sitorus SE MM dan Dr H Samsul Tanjung ST MH. Selain itu hadir juga Sekdakab mewakili Pjs Bupati Labura Mulyono ST MSi.
Pada kesempatan itu, Sultan Zainal Arifin menyeritakan perjalanan kesultanan tersebut. Kesultanan Kualuh pertama kali dipimpin Sultan Isa yang merupakan putra dari Sultan Asahan keenam.
Dalam perjalanan waktu, kesultanan Kualuh 'bubar' akibat revolusi sosial pada 1946. Dan sejak itu, nama kesultanan Kualuh nyaris tak terdengar.
Barulah 20-25 terakhir, keturunan Sultan Kualuh mengumpulkan ahli waris dan puncaknya adalah dengan penobatan Tengku Zainal Arifin menjadi Sultan. "Sebagai pemangku adat, saya harus bolak balik Jakarta - Medan," jelas pria yang mengaku selama ini tinggal di Jakarta.
Dalam acara itu, Hendriyanto selaku Dewan Pembina MABMI Labura didampingi H Samsul Tanjung, Ketua MABMI Labura Marwansyah SH MAP, Sekdakab dan pejabat lainnya mengupah-upah sultan tersebut.
Hendriyanto juga mendoakan semoga Sultan sehat dan dapat memberikan sumbangsihnya, khususnya berkaitan dengan sejarah Kesultanan Kualuhleleidong yang mungkin masih banyak belum diketahui masyarakat, khususnya generasi muda.
Kegiatan itu juga dirangkai dengan pemberian santunan berupa tali asih kepada 30 anak yatim serta mukena kepada kaum ibu. Sebagai penceramah pada acara itu adalah Ketua MUI Labura Ustadz H Syahrial Nasution SPdI.