Athena (ANTARA) - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kekurangan bahan bakar yang parah telah memperburuk situasi layanan kesehatan di Gaza dan menyerukan segera dibukanya kembali penyeberangan Rafah.
“Hanya 90.000L (liter) bahan bakar yang masuk ke Gaza kemarin. Sektor kesehatan saja membutuhkan 80.000 liter setiap hari, sehingga memaksa PBB, termasuk WHO dan mitranya untuk membuat pilihan yang mustahil,” kata Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan yang diposting di X, Jumat.
Ghebreyesus menuturkan para mitra mengarahkan pasokan bahan bakar yang terbatas ke rumah sakit-rumah sakit utama seperti Nasser Medical Complex, Rumah Sakit Al-Amal, dan Rumah Sakit Lapangan Kuwait serta 21 ambulans untuk menjaga layanan tetap berjalan.
Dia juga memperingatkan bahwa kehilangan lebih banyak rumah sakit akan menjadi bencana besar.
“Kami sekali lagi mengeluarkan seruan mendesak agar penyeberangan Rafah dibuka kembali dan aliran bahan bakar, makanan, air, dan pasokan medis yang berkelanjutan diizinkan masuk dan melintasi Gaza,” ucapnya.
Israel, yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023.
Lebih dari 38.000 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 87.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Hampir sembilan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional yang keputusan terbarunya memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei.
Sumber : Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: WHO: kekurangan bahan bakar perburuk situasi layanan kesehatan di Gaza