Ini makna yang diajarkan dalam ibadah kurban

Jakarta (ANTARA) - Khatib salat Idul Adha 1445 Hijriah di Masjid Agung At-Tin, Jakarta, KH. Budi Abdul Ghofur menyampaikan ibadah kurban mengajarkan keteguhan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah agama.

“Berkat ketakwaan, kesabaran, tawakkal, dan ketundukan total yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Allah menunjukkan jalan keluar,” kata Budi saat menyampaikan khutbah bertema “Meneladani Keshalihan Nabi Ibrahim dan Keluarga” di Masjid Agung At-Tin, Jakarta, Senin.

Pembelajaran itu diperoleh dari dua sikap Nabi Ibrahim dan keluarganya.

Pertama, Nabi Ibrahim dan keluarga selalu memegang teguh keislamannya dan tak pernah menjadi golongan orang-orang musyrik.

Ketika kaumnya kerap menyembah bintang, bulan, dan matahari, Nabi Ibrahim mempertanyakan, “Inikah Tuhanku?”

Menurut Budi, pertanyaan tersebut bukan menjustifikasi ketuhanan dari bintang, bulan, dan matahari, melainkan mendebat kaumnya bahwa ketiga hal tersebut bukanlah Tuhan. Pasalnya, bintang, bulan, maupun matahari merupakan hal yang berubah dan membutuhkan sesuatu yang bisa mengubahnya. Kondisi itu melemahkan ketuhanan ketiganya, karena tak mungkin sesuatu yang berubah menjadi hal yang patut disembah.

Atas keteguhannya itu, Nabi Ibrahim yakin dalam menjalankan perintah Allah SWT, termasuk ketika Allah memerintahkannya untuk menyembelih anaknya sendiri.

Nabi Ibrahim baru memperoleh anak ketika usianya telah melampaui 80 tahun. Tentu, lanjut Budi, bukan keputusan mudah untuk menyembelih anak sendiri.

“Namun, dengan ketundukan yang total kepada Allah, Nabi Ibrahim segera menjalankan perintah-Nya tanpa keraguan. Nabi Ismail juga melaksanakan dengan total tanpa protes, sementara istri Nabi Ibrahim dengan kelapangan jiwa mempersilakan keduanya untuk menjalankan perintah Allah,” jelasnya.

Selanjutnya, ketika Nabi Ibrahim telah menempelkan pisau tajam di leher Nabi Ismail, pisau tersebut menjadi tumpul dan tak bisa memotong leher Ismail. Budi mengatakan situasi itu merupakan pesan Allah SWT. untuk menunjukkan bahwa membuat sesuatu terjadi atau tidak terjadi merupakan kekuasaan-Nya.

Pada momen berikutnya, Nabi Ismail digantikan oleh domba putih yang dibawa oleh Malaikat Jibril dari surga. Ini menunjukkan bahwa Allah akan memberikan jalan keluar kepada hamba-Nya ketika mereka berserah diri kepada-Nya.

“Sebuah potret keluarga yang amat saleh. Semoga Allah menganugerahkan kita semua kekuatan untuk bisa meneladani Nabi Ibrahim dan keluarganya,” tutur dia.